Bersih Desa Ngadirejo Dengan Tema Cipto Roso Cipto Budoyo

Bersih Desa yang bertajuk Gebyar Budaya 2022 di Desa Ngadirejo

Beritatrends, Magetan – Dalam rangka Bersih Desa yang bertajuk Gebyar Budaya 2022 di Desa Ngadirejo, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan. Kegiatan tersebut berlangsung di 2 Punden desa Setempat yaitu Punden Klubuk di Rt 01 Rw 01 dan Sepitikan di Rw 02 Rw o1, Minggu (21/8/2022).

Dalam kegiatan ini mengambil tema Cipto Roso Cipto Budoyo yang berarti Cipta Rasa Cipta Budaya. Acara ini adalah kegiatan yang ramah anak dan ramah keluarga karena didalam ada unsur edukasi, untuk belajar hidup tertib dan budaya antri saat gunungan bernama Dupakancala atau Gunungan Dupak diperebutkan.

Ketua DPRD Magetan Sujatno SE, MM. diwawancara mengatakan, terimakasih kepada semuanya pada sore hari ini di Desa Ngadirejo mengadakan Tasyakuran.

Tasyakuran selalu diadakan pada bulan Suro, hal ini merupakan bentuk syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT kepada warga Desa Ngadirejo sehingga untuk doa dan mendoakan leluhur agar arwahnya diterima Alah SWT.

 

Acara Tasyakuran in dikemas denganbentuk wisata religi dalam rangka mengembangkan pariwisata khususnya di Desa Ngadirejo ini dan umumnya nanti di Magetan.

“Ini bisa mendongkrak perekonomian di Magetan di bidang pariwisata kalau nanti di kelola dengan baik tentunya akan mendatangkan didikan dalam rangka pengelolaan pariwisata, jadi pariwisata itu ada wisata alam, wisata buatan, dan wisata religi,”papa Sujatno

Ditambahkan Anggota DPRD Jawa Timur Diana Amaliyah Verawatingsih menjelaskan, sangat senang bisa turut hadir dalam acara bersih desa yang dilaksanakan di Dusun Dupak Desa Ngadirejo Kecamatan Kawedanan karena yang seperti ini tradisi yang harus terus kita jaga supaya kita selalu ingat bahwa kita akan kebudayaan yang berasal dari nenek moyang yang harus terus kita uri-uri.

Baca Juga  Gotong Royong Catatan Tradisi Yang Bertahan, Dibalik Duka dan Air Mata Korban Gempa, di Selayar

Seiring berjalannya waktu mungkin pemahaman agama kita semakin baik, ada hal-hal yang kemudian terjadi akulturasi antara tradisi dengan agama itu disesuaikan tanpa meninggalkan apa yang sudah menjadi warisan leluhur.

“Itulah kepribadian Indonesia yang sesungguhnya, jadi bukan karena kita muslim dan islam itu lahir diarab kemudian apa yang jadi tradisi arab itu kita bawa ke Indonesia tapi kita yang punya tradisi Indonesia tradisi asli masyarakat misalkan di Jawa,” pungkas Sasa.

Pos terkait