Tingkatkan Kualitas Panen, 25 Petani Tembakau di Desa Morang Ikuti SL DBHCHT

BERIKAN MATERI—Sebanyak 25 petani tembakau Desa Morang, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian sekolah lapang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) di Poktan Tekat Makmur, Rabu (13/10/2021). Nampak Zubaidi, salah satu narasumber memberikan materi tentang membuat pestisida organik.

Beritatrends, Madiun – Sebanyak 25 petani tembakau Desa Morang, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian sekolah lapang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) di Poktan Tekat Makmur, Rabu (13/10/2021).

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Morang, Ari Satria mengatakan pelatihan petani tembakau untuk memberikan penguatan kapasitas sehingga panen yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus.

“Kami memasukkan petani ke program sekolah lapangan (SL) DBHCHT agar para petani lebih kuat kapasitasnya. Dengan program tersebut para petani sudah dapat melakukan budidaya, mempunya pasar dan memiliki asosiasi petani tembakau,” ujar Satria.

Untuk memberikan penguatan kapasitas para petani tembakau di Desa Morang, kata Satria, SL DHBCHT mendatangkan tim dari Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI).

Tim APTI memberikan materi tentang kepada petani agar komoditi tembakau yang ditanam nanti memiliki payung organisasi yang jelas.

IKUTI PELATIHAN—Para petani tembakau Desa Morang, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun menyimak materi saat mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian sekolah lapang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) di Poktan Tekat Makmur, Rabu (13/10/2021).

Tak hanya itu, para petani juga dibekali aneka pengetahuan mulai dari penataan lahan hingga pemasaran hasil panen tembakau.

“Pokoknya kita bicaranya dari nol mulai dari penyediaan bibit, penataan lahan, pasca panen dan penanganan ke pasarnya. Dengan pelatihan ini seluruh petani sudah mendapatkan gambaran,” kata Satria.

Selain dari APTI, ujar Satria, petani juga diberikan pelatihan dan praktek langsung membuat pestisida nabati dan pupuk nabati, pupuk organic hingga kelembagaan petani tembakau.

Satria menyebut total lahan yang dikembangkan untuk ditanami tembakau di Desa Morang mencapai dua hekat. Diperkirakan per hektar dapat menghasilkan lima kuintal tembakau kering jenis virgin.

Sementara kisaran harga, satu kilogram tembakau kering berkisar Rp 20.000 hingga Rp 30.000.
Satria menambahkan pos anggaran DBHCHT yang diberikan sangat membantu para petani untuk menanam tembakau yang berkualitas. Terlebih bantuan itu diberikan menggelar sekolah lapangan yang difasilitas semua oleh anggaran DBHCHT.

“Para petani tidak dipungut biaya. Mereka mendapatkan materi dan praktek langsung di lapangan. Selain itu para petani mendapatkan fasilitias kaos, snack dan makan siang sehingga antusiasnya tinggi mengikuti pelatihan,” ungkap Satria.

PRAKTEK—Dua petani tembakau di Desa Morang, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun mempraktekan membuat pestisida organik pada kegiatan penyuluhan pertanian sekolah lapang dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) di Poktan Tekat Makmur, Rabu (13/10/2021).

Berbekal pelatihan itu, Satria mengharapkan tidak ada lagi lahan milik petani yang menganggur saat musim kemarau tiba. Apalagi menanam tembakau tidak membutuhkan asupan banyak air. “Untuk kedepannya, ada komoditi tembakau disini. Maka petani saat musim kemarau jangan sampai lahannya nganggur. Apalagi kebutuhan air untuk menanam tembakau tidak begitu banyak,” jelas Satria.

Satria menyebut potensi lahan untuk ditanami tembakau di Desa Morang sangat mendukung. Pasalnya, letak geografis Desa Morang yang berada di ketinggian akan menjadikan kualitas panen tembakau yang didapatkan lebih baik. “Kalau ditanam di ketinggian kualitasnya lebih baik dari aspek rendemen, warna keringnya,” kata Satria.

Tak hanya itu budidaya tembakau lebih menjanjikan ketimbang menanam padi. Beberapa petani menyebut bertanam tembakau lebih menguntungkan ketimbang menanam padi. “Menurut petani tembakau, sekali tanam tembakau untungnya lebih banyak ketimbang menanam padi,” kata

Menurut Satria, sebelum di Kare, budidaya tembakau di Kabupaten Madiun sudah dikembangkan di Pilangkenceng, Balerejo, Mejayan dan Saradan.

“Untuk pengembangan di Kecamatan Kare baru dimulai tahun ini yakni berada di Desa Morang dan Desa Randu Alas. Sebenarnya sudah ada petani yang menanam tembakau namun bersifat mandiri dan belum berkelompok,” tutur Satria.

Selain materi penanaman, perawatan hingga pemanenan tembakau, dalam pelatihan itu juga disampaikan jumlah produksi dan kualitas tembakau akan berdampak pada besaran jumlah DBHCHT.

Penggunaan DBHCT diprioritaskan untuk bidang kesehatan sejumlah 25 persen, penindakan hukum (barang kena cukai ilegal) sebanyak 25 persen, peningkatan kualitas bahan baku senilai 15 persen, dan 35 persen digunakan untuk bantuan langsung tunai dan kompensasi harga.

Tak hanya itu, cukai merupakan salah satu pemasukan negara. Sebagian dananya dikembalikan kepada masyarakat. Membayar cukai sesuai ketentuan berarti turut berkontribusi kepada negara dan masyarakat.

Untuk itu, petani diminta selalu menjaga kesehatan menjauhi minum-minuman keras, narkoba, serta ikut membantu memerangi keberadaan rokok ilegal.

Sementara itu Tamam, salah satu petani tembakau Desa Morang mengapresiasi kegiatan sekolah lapangan DBHCHT yang digelar Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun. Selain memberikan pengetahuan bertanam tembakau berkualitas, para petani juga mendapatkan ilmu untuk pemasaran hasil panen.

“Kami menyampaikan banyak terima kasih karena pelatihan ini sangat membantu petani tembakau. Kami menjadi tahu bagaimana cara bertanam tembakau agar menghasilkan panen yang berkualitas,” jelas Tamam.

Pos terkait