Ilustrasi demo tentang Keterbukaan Informasi Publik
Beritatrends, Magetan – Belum lama ini, belum berselang hitungan hari, Kota kita tercinta Magetan, telah diramaikan oleh berita gempar. Bukan sebuah berita tentang prestasi yang membanggakan. Namun berita tentang keprihatinan dan memalukan yaitu protesnya warga masyarakat yang secara umum adalah tidak percaya akan kinerja Aparatur Pemerintah dalam melakukan Pelayanan Publik.
Gambaran umum tentang Pelayan Publik kita ditandai dengan rumit (menunda pelayanan), mahal (pelayanan tidak tepat waktu) dan petugas yang tidak pada tempatnya atau tidak Kompeten. Padahal Pelayan Publik itu sendiri merupakan gambaran yang nyata akan kehadiran Pemerintah yang dapat dirasakan masyarakat secara langsung.
Bukan hanya itu, masih banyak faktor yang mendukung buruknya Pelayanan Public yang
diberikan Pemerintah diantaranya :
- – Sumber Daya Manusia yang rendah dan arogan.
Rendahnya kualitas SDM petugas layanan berbanding lurus dengan kualitas layanan yang diberikan. SDM yang rendah tentu akan berakibat kepada layanan yang akan diterima masyarakat. Misalnya jumlah SDM yang tersedia dengan jumlah penerima layanan yang tidak seimbang akan berdampak buruk. Belum lagi SDM yang tersedia tersebut sangat rendah, semisal pendidikan yang masih tidak memadai sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan pelayanan sehingga pelayanan yang diberikan menjadi kacau. Dan yang tidak bisa ditutup tutupi adalah bahwa SDM dipaksa menduduki posisi Pelayanan Public yang penting, namun hasil titipan dari pihak tertentu yang pada akhirnya tidak menguasai bidang pelayanan yang dipimpinya. Dan ini adalah contoh arogansi kekuasaan. - – Maraknya pungutan liar.
Pelayanan yang bagus itu semestinya transparan. Namun yang sering kali terjadi dilingkungan kita adalah kebiasaan baru yaitu budaya “untuk apa dipermudah kalau bisa dipersulit”. Dan ini sering terjadi pada Pelayanan Public pada berbagai bidang dan menunjukkan betapa profesionalisme Pelayan Publik Kita sangat sangat jauh dari nilai
Akuntabel.
Solusinya Masyarakat sebagai pengguna dan penerima Pelayan Publik harus diberi edukasi agar tidak lagi melakukan budaya uang terima kasih. Begitu juga dengan petugas agar tidak menerima imbalan dalam bentuk apapun. Adanya peluang karena
lamanya jangka waktu penyelesaian layanan, menjadi peluang bagi pengguna layanan untuk mengambil jalan pintas dengan memberikan suap kepada petugas karena biasanya Masyarakat sudah lelah dipingpong karena rumitnya persyaratan.
Dalam kondisi ini, terjadi simbiosis mutualisme negatif, sehingga seolah olah terkesan tidak ada yang dirugikan dan dilanggar. Namun yang terjadi ini adalah gambaran kebobrokan mental Pelayan Publik . Akhirnya, budaya ini menyebar ke masyarakat,
jika mau urusan cepat agar memberikan uang tip (sogokan) kepada petugas.
Harapan Kami, semoga Pemerintah Kab. Magetan HARUS segera berbenah diri dalam memperbaiki Pelayanan Publik kepada Masyarakatnya. Saat ini Masyarakat sudah cerdas dan ini dibuktikan dengan peristiwa “DEMO” yang dilakukan oleh Masyarakat di beberapa Desa yang tengaranya diawali dari penumpukan rasa kecewa akibat Pelayanan Public yang carut marut selama ini.
Dan biasanya….. Demo itu terjadi karena sudah tidak kuatnya masyarakat menahan tontonan “LUCU” yang diperlihatkan oleh para Pelayan Publik kita yang dalam berkinerja JAUH dari kata PROFESIONALISME.
Ini Era Keterbukaan Informasi Publik Bung.
Oleh : Rudi Setiawa, SPd. Koordinator Forum Rumah Kita