Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, Sumanto bersama sejumlah pejabat Pemkab Madiun dan Forpimda memanen padi yang menghasilan beras rendah karbon di Desa Klumutan, Kecamatan Saradan beberapa waktu lalu
Beritatrends, Madiun –Dinas Pertanian dan Perikanan (Distan) Kabupaten Madiun terus mengembangkan penanaman padi yang menghasilkan beras rendah karbon (Low Carbon Rice). Pasalnya beras rendah korban memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan ramah lingkungan.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, Sumanto yang dikonfirmasi Senin (17/3/2025) menyatakan pengembangan padi low carbon riceĀ memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi petani dan penggiling padi.
“Produksi beras rendah karbon yang lebih berkelanjutan dapat meningkatkan stabilitas ekonomi dan kesejahteraan sosial petani,” ujar Sumanto.
Tak hanya itu pertanian berkelanjutan dengan pengembangan beras rendah karbon dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas beras.
Selain itu, produk beras rendah karbon memberi akses pasar yang lebih luas. Terlebih beras rendah karbon dapat memiliki nilai jual yang lebih tinggi di pasar yang peduli lingkungan.
Menurut Sumanto, total lahan yang dikembangkan untuk budidaya beras rendah karbon seluas 629,6 hektar. Total petani yang terlibat pengembangan penanaman padi menghasilkan beras rendah karbom sebanyak 1.183 petani.
Untuk luas dan jumlah petan yang sudah memproduksi beras rendah karbon, Sumanto merincikan Gapoktan Bongsopotro seluas 164,3 hektar/514 petani, Gapoktan Lebak Ayu seluas 150 hektar/358 petani, Ipoji Jiwan seluas 32,5 hektar/14 petani, Gapoktan Siswo Sejati Purworejo, 73,8 hektar/128 petani.
Selanjutnya, Gapoktan Tani Rejo Desa Klumutan seluas 54 hektar/96 petani, Gapoktan Sidoluhur Desa Kresek seluas 15 hektar/30 petani, Gapoktan Mojosari, Desa Kebonsari seluas 40 hektar/43 petani.
Sumanto mengatakan konsep “low carbon rice” bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari proses produksi beras, melalui praktik pertanian berkelanjutan dan efisiensi penggilingan padi. Dengan kondisi itu beras menjadi lebih ramah lingkungan dan berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim.
Menurur Sumanto, produksi beras merupakan salah satu sumber emisi GRK yang signifikan, terutama dari penggunaan pupuk kimia, air yang tidak efisien, dan proses penggilingan.
Beras rendah karbon dapat mengurangi emisiĀ melalui penggunaan pupuk organik. Hal itu dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia yang menghasilkan emisi nitrogen oksida (N2O), sebuah gas rumah kaca yang kuat.
Tak hanya itu, kata Sumanto, pengelolaan air yang efisien dapat mengurangi pemborosan air irigasi yang memicu pelepasan metana (CH4), gas rumah kaca lain yang dihasilkan dari proses pembusukan organik di sawah.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, Sumanto
Sumanto menambahkan penggunaan mesin pertanian yang ramah lingkungan dapat lebih efisien dan mengurangi emisi dari proses penggilingan padi.
Ia mengatakan low carbon rice mendorong praktik pertanian yang ramah lingkungan berupa rotasi tanaman yang dapat membantu memperbaiki kesuburan tanah dan mengurangi kebutuhan pupuk kimia.
Salain itu penggunaan varietas padi yang tahan terhadap hama dan penyakit dapat memperkecil penggunaan pestisida yang juga menghasilkan emisi. “Penggunaan pupuk hijau yang menggunakan tanaman penutup tanah dapat meningkatkan kandungan hara organik di tanah.
Tak hanya itu, konsep low carbon rice berdampak pada efisiensi penggilingan padi yang dapat mengurangi pemborosan energi dan bahan bakar, yang juga berkontribusi pada emisi GRK.