Kenduri Seni Reog Ponorogo masuk WBTB usulan Unesco.
Beritatrends, Ponorogo – Kesenian Reog Ponorogo masuk tunggal untuk diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) atau ICH yang dikirim ke UNESCO tahun 2023. Dengan masuknya Reog Ponorogo menjadi tunggal Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa optimis seni Reog Ponorogo lolos diakui sebagai budaya dunia tak benda oleh UNESCO.
“Kita akan mendukung Kesenian Reog Ponorogo Ponorogo, setelah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mengusulkan reog Ponorogo sebagai pemilihan tunggal ke UNESCO,” ungkap Khofifah saat menghadiri kenduri seni Reog Ponorogo di Pendopo Kabupaten Ponorogo, Sabtu (26/2/ 2022) malam.
Kesenian Reog Ponorogo saat tampil di hadapan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa Khofifah juga menjelaskan seni reog Ponorogo layak mendapatkan predikat Warisan budaya tak benda pasalnya seni ini hanya ada di Ponorogo.
“Dimanapun kesenian reog Ponorogo tampil ya tetap di sebut reog Ponorogo bukan reog dimana tempat-tempat tersebut dimainkan, itulah mengapa reog Ponorogo pantas menjadi pemenang tunggal,” tegasnya.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat menyaksikan Kesenian Reog Ponorogo. Lebih lanjut Khofifah menjelaskan dulu ada permasalahan penggunaan kulit harimau dan bulu merak yang dipakai pada kesenian reog ponorogo, setelah Kang Bupati Sugiri Sancoko menjelaskan kepada UNESCO kedua maslah ini sudah selesai.
“Bulu merak ini bukan dicabut akan tetapi bulu ini rontok dengan sendirinya dari merak, dan permasalah kulit harimau diganti dengan kulit kambing yang digambarkan menyerupai kulit harimau. Saya optimis Kesenian Reog Ponorogo bisa lolos, saya meminta kepada semua pihak untuk berdoa dan mendukung agar Reog Ponorogo lolos UNESCO tahun depan,” imbuhnya.
Sementara itu Kang Bupati Sugiri Sancoko menuturkan, saat ini Pemkab akan berjuang keras agar kesenian Reog Ponorogo bisa menjadi Warisan budaya tak benda yang diakui dunia.
“Kami akan berjuang habis-habisan untuk kesenian Reog Ponorogo masuk dalam Warisan budaya tak benda UNESCO,” pungkasnya.