Beritatrends,Ponorogo – Acara tahunan Tadarus Budaya kembali digelar, Sabtu (15/3) malam hingga Minggu (16/3) dini hari di depan Paseban Ponorogo.
Agenda ini juga menandai hari ke-15 Ramadan 1446 H dengan perpaduan unik antara seni dan religi.
Meski hujan mengguyur, semangat ribuan seniman tak surut. Suara gamelan bertalu-talu mengiringi aksi para pembarong, termasuk dari kalangan perempuan.
Tak kurang dari 100 dadak merak, ratusan jathil, serta bujang ganong dari berbagai usia turut meramaikan suasana.
“Tadarus Budaya ini perpaduan kota budaya dan religi. Kita tadi juga ngaji bersama, mendengarkan tausiah, setelahnya reogan,” ujar Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, Sabtu (15/3).
Menurutnya, kegiatan ini adalah bentuk kekuatan budaya yang lembut, tetapi dahsyat.”Santri dan budaya kita padukan agar pembangunan lebih partisipatif,” imbuhnya.
Bukan hanya seniman lokal yang ambil bagian, peserta juga datang dari berbagai daerah seperti Blora, Wonogiri, Semarang, Surabaya, Madiun, hingga Yogyakarta. Bagi mereka, ini menjadi ajang pengobat rindu terhadap Reog Ponorogo.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Ponorogo, Judha Slamet Sarwo Edi, menjelaskan bahwa Tadarus Budaya awalnya muncul sebagai bentuk doa agar Reog Ponorogo diakui UNESCO.
Kini, setelah berhasil menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) UNESCO, acara ini tetap menjadi tradisi yang menggabungkan seni dan spiritualitas.
“Ini bukan sekadar pagelaran, tapi juga munajat doa dan rasa syukur atas pencapaian Reog di tingkat dunia,” ungkapnya.
Antusiasme warga juga terlihat tinggi. Mereka tak hanya menikmati keindahan Reog, tetapi juga mendapat siraman rohani di tengah bulan suci.
Acara ini pun berjalan tanpa menggunakan dana APBD, murni dari partisipasi para seniman dan pecinta budaya.
Seiring berjalannya waktu, Tadarus Budaya semakin membuktikan bahwa Ponorogo bukan hanya kota seni, tetapi juga kota religius yang terus menjaga warisan budayanya.
