Kemanakah Gas Melon 3kg Kok Menghilang Dari Peredaran di Magetan

Pembeli Gas Melon yang kecewa karena stok kosong, Tampak Gas Melon sekitar 40 tabung di salag satu toko pengecer kosong sudah satu minggu tidak ada yang nganter dari pangkalanu

BeritaTrends, Magetan – Hilangnya Gas Melon 3kg di Magetan, yang lebih mirip seperti kampung dengan sawah hijau dan jalanan berdebu, Warung Tengah Sawah (WTS) tetap jadi pusat segala obrolan.

Gubuk kayu dengan atap seng karatan ini nggak cuma nyediain kopi pekat dan pisang goreng renyah, tapi juga panggung buat warga curhat soal apa saja, dari harga cabai atau sayur-sayura sampe urusan politik desa.

Malam ini, warung rame banget, gara-gara topik yang lagi panas : gas tabung melon yang raib dari peredaran. Boro-boro beli, lihat tabung hijau itu aja udah kayak nyari harta karun.

Kang Salam, si empunya warung dengan kumis lebat kayak sapu ijuk dan topi caping yang nempel bak magnet, sibuk nyeduh kopi.

“Oi, kalian pada ngeluh apa lagi? Gas melon kok kayak lenyap ditelan bumi. Ada yang tahu ceritanya nggak?” tanyanya sambil nyengir, tangannya lincah nyendok gula.

Mbok Suliyem, pedagang sayur yang tangannya kasar kayak amplas gara-gara tiap hari motong lombok, langsung nyamber. “Ya ampun, Kang! udah dua minggu aku nggak bisa masak pake gas. Di pangkalan katanya stok habis, di warung eceran harganya selangit, 30 ribu buat tabung kecil!

Katanya pemerintah ngatur distribusi, tapi kok wong cilik kayak kita cuma kebagian asap dapur!” keluhnya, sambil ngunyah pisang goreng.

Di meja sebelah, Pak RT yang selalu bawa buku catatan kecil, katanya buat urusan RT, tapi isinya cuma daftar utang tetangga geleng-geleng.

Baca Juga  RDP DPRD Vs DLH Magetan Bahas Alih Fungsi 18 Hektare EBP Jadi Lahan Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional di Daerah

“Itu sih klasik, Mbok. Gas melon raib itu cuma fatamorgana distribusi. Katanya stok aman di gudang, tapi entah kenapa cuma orang-orang tertentu yang kebagian. Aku dengar, tabung-tabung itu numpuk di gudang orang deket pejabat. Korupsi berbalut alasan teknis, gitu!”

Dia nyanyi kecil, “Gas melon, gas melon, ngalir ke tangan yang salah…”pelanggan Warung ketawa, tapi ada nada kesel di udara.

Tiba-tiba pintu warung berderit, masuklah Doni, yang katanya aktivis LSM tapi lebih dikenal sebagai LSM nggak jelas yang suka bela pemerintah asal ada amplop. Kaosnya bertulisan “Energi untuk Rakyat”, tapi warga tahu dia lebih sering nyari proyek.

“Maaf, telat. Tapi gas melon nggak raib, kok! Saya udah tanya ke dinas, katanya ini cuma masalah logistik. Sabun cuci piring aja dulu, Mbok, sabun kan murah,” katanya sambil nyengir, bikin warga melotot.

Belum selesai Doni ngomong, Jaya, LSM idealis yang selalu bawa buku tebal soal keadilan sosial, nyelonong masuk. Kacamata bulatnya agak melorot, tapi semangatnya nggak pudar.

“Doni, jangan asal ngomong! Saya udah cek, data distribusi gas nggak dipublikasi. Berapa tabung yang dikirim ke Magetan? Ke mana larinya? Nggak ada transparansi! Tanpa akuntabilitas, ini cuma jadi ladang penyelewengan. Pemerintah harus buka data, biar kita tahu siapa yang main di balik layar!” katanya, suaranya ngena banget.

Bener, Jaya! Aku (Suliyem) udah antre di pangkalan dari subuh, eh, cuma kebagian omongan, ‘Stok habis, besok lagi.’ Besok apaan? Dapurku udah kayak museum, cuma kayu bakar! Pemerintah cuma woro-woro ‘Magetan Hemat Energi’. Hemat apaan, kalau gas aja nggak ada!” keluhnya, tangannya sibuk nyusun cabe di meja.

Di sudut warung, Mas Sastro Ubed, makelar kasus yang licin kayak ikan lele, angkat suara. Baju batiknya rapi, tapi semua tahu dia jagonya nyari celah buat untung.

Baca Juga  Dump Truk Over Dimensi Disebabkan Carut Marut Pengelolaan Tambang di Magetan

“Ehem, kalau saya sih santai. Gas melon susah didapat? Aku bisa bantu, asal bayar sedikit mahal. Tapi iya, pemerintah pelit info. Katanya stok nasional aman, tapi di Magetan kok raib. Anggarannya berapa? Ke mana tabungnya? Kalau dibagi rata, mending buat benerin jalan yang rusak!” katanya sambil nyengir, bikin Mbok Siliyem mendengus.

Tiba-tiba, Gunawan, wartawan salah satu media Oline di Magetan yang terkenal karena beritanya selalu bikin bingung, masuk dengan buku catatan kecil dan rambut cepak kayak TNI / Polisi.

“Maaf, numpang denger buat bahan artikel. Tapi jujur, nulis soal gas melon ini susah banget. Dinas bilang stok aman, pangkalan bilang habis, gudang bilang ‘rahasia distribusi’. Terus saya nulis apa? Dongeng? Keterbukaan informasi publik di Magetan ini kayak sinyal Wi-Fi di warung: kelihatan ada, tapi nggak bisa dipake!” katanya, bikin warung meledak ketawa.

Obrolan makin panas. Mbok Suliyem ngeluh susahnya masak pake kayu bakar, Pak RT curiga tabung gas numpuk di gudang pejabat, Jaya ngotot soal hak warga atas informasi, Doni sok bela pemerintah tapi lupa fakta, Mas Sastro Ubed nawarin jasa nyari gas, Mbok Suliyem ngeluh soal harga cabe yang naik gara-gara nggak bisa masak, dan Gunawan cuma nyatet sambil nanya, “Jadi, apa sih yang kalian mau dari pemerintah?

Saat warung mulai sepi, Kang Salam menutup obrolan dengan gaya khasnya. “Ngeluh di warung boleh, tapi kalau kita diam aja, gas melon bakal tetep raib. Pemerintah nggak bakal terbuka kalau kita nggak nuntut. Minimal kasih tahu lah, stoknya berapa, ke mana larinya, biar kita nggak cuma kebagian asap di desa sendiri!

Jaya nyamber, “Bener, Kang. Keterbukaan itu kayak kopi di warung ini : kalau nggak ada, hidup jadi hambar. Gunawan buru-buru nulis, meski semua tahu beritanya besok bakal bikin orang tambah bingung.

Baca Juga  Standar Keberhasilan Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Dapat Diukur Dari Beberapa Indikator

Misteri gas melon yang raib di Magetan bukan cuma soal distribusi yang kacau, tapi juga soal keterbukaan yang nggak pernah dikasih. Warung Kang Salam ngajarin kita bahwa wong cilik berhak tahu apa yang terjadi dengan hak mereka. Tanpa transparansi, kebutuhan dasar kayak gas cuma jadi janji manis yang menguap di udara. Suara rakyat harus lebih kencang dari woro-woro pemerintah, biar Magetan nggak cuma maju di papan slogan, tapi juga di dapur warganya

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *