Masjid Tiban dan Makam Kj. Ky. Kembang Sore Magetan, Bisa Menjadi Potensi Wisata Spiritual

Imam Hidayat salah satu Juru Kunci Makam Ky. Ageng Kembang Sore

Beritatrends, Magetan – Peluang dalam dunia pariwisata lokal maupun regional akan terbuka sangat luas dengan melihat berbagai macam perubahan yang terjadi, namun disisi lain persaingan juga sangat sengit.

Setiap wilayah berlomba-lomba mempertahankan pengunjung lokal dan mencoba menarik pengunjung regional maupun nasional.

Kenaikan pertumbuhan pariwisata ini bertepatan dengan melemahnya perekonomian hampir di seluruh wilayah jagat dunia ini. Meskipun terjadi banyak masalah, pertumbuhan jumlah wisatawan bisa mengalahkan ekspektasi .

Konteks diatas adalah sebuah paradigma yang sifat fluktual, perubahan masyarakat soal pasar industri pariwisata. Setiap wilayah dituntut secara cermat untuk memetahkan potensi ini sebagai ladang bagi pemasukan. Jika pemasukan ini akan meningkat maka secara keseluruhan daya saing ekonomi masyarakat dapat terjamin.

Dalam konteks pengembangan daerah melalui kewenangan otonomi khusus yang dimiliki maka setiap kebijakan hendaknya mempertimbangkan aspek partisipatif sebagai instrumen kebijakan yang interaktif. Sehingga arah perubahan masyarakat dapat terjalin dengan baik .

Segala macam perubahan yang ada telah membuat dunia pariwisata berevolusi. Untuk para travel bisnis player perlu memahami bagaimana evolusi itu terjadi sehingga itu menjadi appleaing bagi costumer.

Masjid Tiban di Pacalan

Dalam wacana pengembangan pariwisata di Magetan perlu dilakukan pengkajian yang strategis untuk merekonstruksi pemikiran berkaitan dengan kebijakan maupun eksekusi pelaksanaan pengembangan pariwisata di Magetan.

Salah satu instrumen adalah tata kelola melalui kebijakan aturan yang konstruktif yang sinergis dan pemetaan potensi wisata. Pemetaan potensi wisata merupakan wacana yang sifatnya konstruktif untuk merencakan secara strategis yang berkelanjutan. Upaya ini sebagai salah satu cara untuk membangun sinergi yang harmonis. Sehingga stokholder didaerah di dalam pengambilan keputusan bersama berdasarkan kajian yang utuh.

Baca Juga  Tambah Daya Tarik Pariwisata, Wali Kota Maidi Akan Bangun Miniatur Patung Liberty di Kota Madiun

Salah satu contoh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melirik potensi “spiritual tourism” yang kini mulai berkembang dengan komunitas yang semakin luas di seluruh dunia.

Spiritual tourism ini merupakan tren baru, salah satu bentuk pariwisata yang berkualitas yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Spiritual tourism sebagai bentuk pariwisata berkualitas karena dalam praktiknya sangat menghargai budaya lokal, mencintai alam dan lingkungan, serta sebagian besar turisnya berasal dari kalangan yang berpendidikan.

Potensi spiritual tourism untuk dikembangkan di Magetan sangat besar karena Magetan memiliki sejumlah destinasi yang cocok untuk itu terutama Magetan. Tren spirituality semakin meningkat, banyak yang tidak mendiskusikan agama melainkan berbicara spiritual. Mereka mencari peace and harmony, komunitas spiritual tourism saat ini sudah mulai meluas dan kerap menjadikan Magetan sebagai salah satu tujuannya. Contohnya Gunung Lawu, Bancolono di Cemoro Sewu, Makam Ronggo Galih, Masjid Kembang Sore, Dewi Sri, Wonomulyo dan masih banyak lainnya.

Komplek Makam Ky. Ageng Kembang Sore

Menurut Imam Hidayat salah satu Juru Kunci Makam Ky. Ageng Kembang Sore mengatakan, menurut Kyai Pondok Pesantren Al-Hidho, beliau Prajuritnya Sultan Agung tapi ada juga yang menceritakan bahwa KY. Ageng Kembang Sore adalah Putra Sultan Agung dari Garwo Siri.

Sampai terkenal beliau ini, selain ilmu agama juga terkenal dengan ilmu lain. Beliau juga kemana-mana khususnya di Kertosono, lalu yang perlu di Kodrati dulu beliau Bupati Kertosono.

Beliau mengikuti gurunya kemana saja akhirnya sampai akhir abad 18-19 sampai juga di Pacalan dan menetap. Beliau di ikuti tiga sahabatnya Ambar Sari, Noyowongso, Sari Wongso ternyata saking kendelnya mencari ilmu, Kj. Ky. ADP Purwodiningrat menjadi Bupati Pasuruan terus pindah ke Kertosono lalu beliau mengundurkan diri jadi Bupati, jabatan Bupati di serahkan kepada istrinya dengan alasan mengundurkan diri karena mengikuti gurunya.

Baca Juga  Ratusan Keris dan Pusaka Dipamerkan di Magetan

Jadi ilmunya lebih banyak daripada jabatannya. Akhirnya sampailah Kj. Ky. ADP Purwodiningrat di Pacalan.

Karena Ky. Ageng Kembang Sore sangat terkenal, ada dua orang tamunya sama-sama saktinya datang bertamu ke Pacalan. Intinya akan ngetes sudah sejauh mana ilmunya. Sebagai tuan rumah, tamu disuguhi kopi, jenang, dan jadah, akhirnya adu ilmu dua orang tersebut keseser (kalah) akhirnya dipancalan jadi Pacalan, terus tamu sudah bilang kalau saya sudah kalah saya tidak menapak di tanah akhirnya Jadah yang tadi di minta dilempar ke Selatan dan ke Timur.

Di Selatan ada tulisannya Pacalan disetrip Kemerdekaan itu dulunya ada bukit, waktu itu saya masih SMA, bukit itu masih ada. Karena bentuknya bagus seperti jadah yang di iris-iris akhirnya para kontraktor membangunan ngambil tanah disana. Asal mula Jadah itu dari bukit kecil jadinya Pacalan.

Kj. Ky. ADP Purwodiningrat meninggal pada 27 rajab 1812 dimakamkan di dekat makam gurunya, sudah memberikan wasiat pada putranya agar dimakamkan di Pacalan sini. Nah Kj. Ky. ADP Purwodiningrat adalah Bupati Magetan ke 3, pepatih dalam Keraton Jogja Mertuanya Sultan Hamengkubuwono ke 2, mertua Bupati Magetan ke 3, Mertua Sri Pangkualam Jogja.

Akhirnya setelah 2 tahun kemudian istrinya Hamengkubuwono 2 Kanjeng Ratu Kedaton membuat Nawolo (surat keputusan) pada hari Senen 20 Syawal 1742 (1814 M) yang di turunkan pada KI. Cokrodirono putra mantu RT. Sosrodipuro Bupati Magetan 3, Nah itulah Pacalan jadi tanah merdeka.

Jadi dulu turun temurun gak ada kepala desa otomatis turun. Letak makam KY. Ageng Kembang Sore ada dibelakang Masjid Pacalan. Di samping makam Ageng Kembang Sore ada ketiga sahabatnya. Di sekitar makam Ageng Kembang Sore ada juga makam para keturunannya dan pengikutnya.

Baca Juga  Relawan 24 Jam Ajak Anak Yatim Berlibur ke Mojosemi Forest Park

Jadi Wisata Spiritual itu mengingatkan kita akan sejarah, budaya dan kearifan lokal di tempat para sesepuh yang telah membangun salah satu wilayah yang ada di Magetan agar anak cucu kita tahu tentang sejarah.

Di tulis oleh : Faris Ahmadi Wicaksono Wartawan Beritatrends,co.id

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *