Potret TMMD ke-121 Kodim 0802/Ponorogo Jalan Mulus, Bangkitkan Asa di Kampung Seniman Reog

Beritatrends, Ponorogo – Desa Selur di Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo, dikenal sebagai kampung seniman Reog. Sulitnya kehidupan puluhan seniman Reog dan warga lainnya di sana berbanding lurus dengan kondisi tertinggalnya desa tersebut. Namun dalam 30 hari, kondisi itu berubah drastis berkat hadirnya program TMMD ke-121 Kodim 0802/Ponorogo.

Ponorogo, – Meski ayam jantan belum berkokok dan udara dingin masih tebal menyelimuti, Isna Nuryadi (43), warga Desa Selur, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo, sudah mulai terbangun dari tidurnya. Meski rasa kantuk belum sepenuhnya hilang, tak ada sedikit pun kata malas tertanam di benaknya. Semua demi satu tujuan, demi beban yang harus dipikulnya sebagai kepala keluarga.

Sebagai muslim yang taat, Isna tak lupa menjalankan salat tahajud dilanjut salat subuh berjamaah di musala kecil dekat rumahnya yang sudah menjadi kebiasaannya selama ini. Selepasnya barulah ia mulai membersihkan diri dan bersiap untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Dengan mengenakan celana warok dan kaos oblong berwarna merah, ia mulai menaiki sepeda motor bututnya dan bergegas pergi ke tempat paguyuban Reognya, Gerbang Mas.

Pagi itu, sesuai profesinya sebagai seniman Reog, ia dan rekan-rekannya sedang mendapatkan pekerjaan untuk melakukan pertunjukan di sebuah pesta hajatan di desa sebelah. Dengan aksinya yang menghibur orang, maka akan ada kepastian rezeki yang didapat dan membuat dapur di rumahnya bisa tetap mengebul.

Reog yang merupakan kesenian khas dari Ponorogo yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) bangsa Indonesia, bagi pria yang hanya tamat SMP itu adalah segala-galanya. Tempatnya menaruh harapan besar di kehidupannya selama ini. Apalagi hanya itu keterampilan yang dimiliki untuk menjalani kerasnya hidup yang dilalui.

Beratnya kehidupan yang dilalui Isna juga sama dengan dadak merak yang selalu dimainkannya sebagai pembarong yang merupakan karakter utama dalam setiap pertunjukan Reog. Dadak merak adalah topeng besar berkepala singo barong yang digunakan dalam tarian Reog. Dadak merak biasanya berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar 2,30 meter, dan berat hampir 50 kilogram. Karena berat dan harus ditopang dengan gigi saat memainkannya, ia mengaku beberapa giginya telah menjadi korban.

Karena tak punya pilihan, bermain Reog adalah sumber kehidupan keluarganya yang telah digelutinya selama lebih dari 20 tahun. Meski telah puluhan tahun, kehidupan Isna masih jauh dari kata sejahtera. Penghasilannya sebagai seniman Reog tidak seberapa. Jangankan memiliki tabungan, cukup untuk makan sehari-hari dan biaya sekolah kedua anaknya saja sudah beruntung. Kendati demikian, ia mengaku tetap bersyukur dengan kehidupannya saat ini.

“Sebenarnya ingin bisa merubah nasib, tapi bingung mau kerja apa. Mau jadi petani, sawah juga tidak punya, paling juga buruh serabutan. Jadi berapa pun hasilnya ya disyukuri dan dicukup-cukupin untuk kebutuhan keluarga,” kata Isna Nuryadi ditemui beberapa waktu lalu.

Baginya, bermain Reog tidak hanya sekedar untuk mencari nafkah, tapi juga sebagai upaya untuk terus melestarikannya. Terlebih saat ini banyak masyarakat yang lebih memilih hiburan lainnya, seperti pertunjukan musik dangdut dan campur sari yang lebih banyak digandrungi oleh anak-anak muda. Padahal kesenian Reog merupakan salah satu simbol keberagaman dan kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.

Meski Reog telah mendunia, kehidupan Isna dan puluhan seniman Reog yang ada di Desa Selur tak jauh beda. Kehidupan mereka yang masih jauh dari kata sejahtera berbanding lurus dengan sulitnya kehidupan masyarakat di Desa Selur. Kondisi itu tidak terlepas dari kurangnya akses jalan yang layak guna mendukung aktivitas warga sehari-hari.

Di sana dapat dengan mudah kita jumpai akses jalan yang hanya berupa tanah liat dan berbatu. Jalan berlumpur dan licin sudah menjadi pemandangan sehari-hari saat musim penghujan tiba. Hal itu juga semakin melengkapi kerasnya perjuangan warga di sana untuk terus mencari rupiah demi rupiah guna tetap dapat bertahan hidup.

Baca Juga  Puncak Peringatan HBP ke-60, Rutan Magetan Gelar Upacara dan Syukuran

Namun kini masyarakat Desa Selur mulai bisa tersenyum dan mempunyai harapan besar berkat hadirnya TMMD ke-121 Kodim 0802/Ponorogo yang merambah desa mereka. Bukan tanpa alasan, pada TMMD di Bumi Reog, sebutan lain Ponorogo, dilakukan berbagai pembangunan infrastruktur untuk mengejar ketertinggalan desa tersebut. Tercatat ada 13 sasaran rabat jalan, 1 sasaran pelebaran jalan, 3 sasaran makadam jalan, dan 4 sasaran tanggul penahan jalan atau talud.

Buka Peluang Majunya Desa Berpotensi

Di balik kurangnya akses jalan yang layak, Desa Selur yang wilayahnya merupakan daerah pegunungan sebenarnya memiliki banyak potensi yang bisa untuk terus dikembangkan dan menjadikan desa tersebut maju.

Salah satunya dari sektor pertanian porang yang telah mampu menembus pasar ekspor. Tercatat di tahun 2024, sebanyak 3.000 ton porang dari Desa Selur berhasil dikirim untuk memenuhi kebutuhan pasar di luar negeri.

Porang sendiri merupakan tanaman penghasil umbi yang dapat dimakan. Umumnya porang dimanfaatkan dengan cara diolah menjadi tepung yang kemudian dipakai sebagai bahan baku industri. Mulai dari industri kosmetik, pengental, lem, mi ramen, hingga campuran makanan.

Potensi porang ini tentunya sangat luar biasa dan bisa memberikan devisa besar bagi negara jika mampu lebih dimaksimalkan dan didukung dengan baik.

Tak kalah hebatnya, Desa Selur juga mempunyai berbagai potensi di sektor pariwisata. Mulai dari wisata edukasi terintegrasi (pertanian, peternakan, perkebunan), wisata alam air terjun Sunggah, wisata alam Watu Semaur, dan wisata alam Tumpak Siman.

Meski memiliki banyak potensi, Kades Selur, Suprapto mengakui, buruknya akses jalan yang ada selama ini menghambat berkembangnya potensi-potensi yang dimiliki desanya.

Sebenarnya ia sudah memprioritaskan sejak jauh-jauh hari untuk memperbaiki akses jalan di desanya dengan menggunakan anggaran dana desa. Namun rencananya terpaksa harus gagal total, karena anggaran yang akan digunakan dialihkan untuk program lainnya akibat adanya pandemi Covid-19.

“Waktu itu ada sebuah aturan yang harus kita jalani, yaitu salah satunya kita harus membuat ketahanan masyarakat dalam rangka untuk memerangi Covid-19. Sehingga dana desa yang awalnya kita rencanakan untuk membangun infrastruktur jalan, terpaksa harus kita alihkan,” terangnya.

Namun Suprapto kini bersyukur, keinginannya itu telah dapat terwujud berkat hadirnya program TMMD ke-121 di desanya. Ia berharap, hasil pembangunan infrastruktur yang dilakukan dalam TMMD akan membuat potensi-potensi yang dimiliki desanya semakin menggeliat dan maju, serta membuat kehidupan masyarakatnya lebih sejahtera.

Sukacita Warga Desa Selur Sambut TMMD

Sejak dibuka oleh Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, masyarakat Desa Selur begitu antusias dan bersukacita menyambut kehadiran program TMMD ke-121 yang telah mereka nantikan selama ini untuk mengubah nasib mereka.

Desa yang awalnya hening dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan, kini mulai bersolek dan siap menatap hari esok yang lebih baik. Hari di mana yang telah mereka nanti-nantikan selama puluhan tahun.

Kemanunggalan TN-Rakyat begitu terasa pada gelaran TMMD di Desa Selur. Bersama ratusan prajurit TNI yang diterjunkan, masyarakat saling bergotong royong dan bahu-membahu untuk menyelesaikan berbagai pembangunan infrastruktur yang dilakukan.

Sulitnya medan yang dihadapi juga terlihat menjadi mudah dan tak berarti. Bahkan rasa lelah tak pernah dirasakan sedikit pun, adanya hanya senyum dan semangat kebersamaan yang selalu terpancar.

Tak hanya kaum laki-laki, perempuan-perempuan tangguh Desa Selur juga tak mau ketinggalan dalam setiap kegiatan. Mereka ingin menjadi salah satu pelaku sejarah kebangkitan desanya berkat adanya infrastruktur yang semakin baik.

Baca Juga  Diduga ATR/BPN Provinsi Lampung Ada Main Mata Dengan PTPN 7 Way Berhulu Meski Jelas Telah Banyak Merugikan Negara Masih Saja Dibela

Antusiasme juga terlihat dari banyaknya masyarakat yang berebut memberikan sebagian hasil kebunnya, salah satunya Kunardi. Pria paruh baya itu dengan ikhlas memberikan sebagian hasil kebun singkongnya untuk disajikan setiap harinya sebagai menu makan tambahan di lokasi sasaran TMMD.

Kunardi tak pernah berhitung walaupun penghasilan dari kebunnya harus berkurang. Baginya yang terpenting hanya satu, bagaimana pembangunan infrastruktur jalan yang dilakukan dalam TMMD di desanya dapat segera selesai.

“Tidak apa-apa cuma singkong. Harapan kami cuma satu, ingin jalan di desa kami jadi lebih baik dan tidak sulit lagi. Mudah-mudahan cepat selesai dan bisa segera kami nikmati,” ucapnya.

TMMD ke-121 di Desa Selur juga menjadi potret nyata kehadiran prajurit-prajurit TNI yang tangguh, penuh semangat juang dan berdedikasi tinggi dalam memberikan pengabdian terbaiknya kepada rakyat, bangsa dan negara.

Isi Celah-Celah Keterbatasan Daerah 3T

Program TMMD yang bertujuan untuk mengakselerasikan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilaksanakan secara terpadu dan lintas sektoral yang melibatkan TNI, Polri, Kementerian, Lembaga Pemerintah Nonkementerian (LPNK), dan pemerintah daerah, serta seluruh komponen bangsa lainnya.

TMMD juga sebagai ajang bersatu padunya seluruh komponen bangsa untuk memberikan karya nyata dengan berbagai hasil pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Danrem 081/DSJ, Kolonel Inf Rama Pratama menegaskan, pada program yang telah hadir sejak tahun 1980 itu difokuskan pada daerah-daerah yang tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), serta yang belum tersentuh dengan program-program lainnya.

“TMMD yang dilaksanakan ini dalam rangka mengembangkan potensi dan mempercepat pembangunan di daerah 3T yang belum terjangkau oleh program lainnya. Sehingga celah-celah keterbatasannya dapat terisi,” katanya.

Dengan begitu, menurutnya, desa yang dulunya tertinggal akan dapat sejajar dengan desa-desa lainnya dan masyarakat juga mendapatkan akses infrastruktur yang lebih baik guna meningkatkan taraf hidup mereka.

Bantu Petani dan Gerakkan Perekonomian

Desa Selur yang berjarak sekitar 35 kilometer dari pusat kota Ponorogo terletak di tengah lebatnya hutan pinus. Tak heran jika malam suhunya bisa mencapai 10-15 derajat celcius.

Dari jumlah penduduk Desa Selur yang sebanyak 7.140 jiwa, lebih dari setengahnya bermatapencaharian sebagai petani dan buruh. Selain porang, pertanian unggulan lainnya di desa ini adalah jagung, singkong, dan jahe.

Melihat kondisi itu, tentunya diperlukan berbagai upaya untuk mampu mendongkrak sektor pertanian di sana. Untuk itu, Tim Wasev TMMD ke-121, Marsma TNI Dr. Agus Priyanto mengapresiasi perbaikan beberapa akses jalan di Desa Selur yang dilakukan pada TMMD ke-121 Kodim 0802/Ponorogo.

Jenderal bintang satu itu berharap, adanya akses jalan yang semakin baik akan dapat membantu para petani, khususnya dalam mengangkut hasil pertanian.

“Dengan adanya akses jalan baru nanti, yang selama ini hasil panen harus diangkut lewat jalan memutar yang lebih jauh, mungkin bisa langsung diangkut. Jadi untuk mempercepat, memperpendek jarak dan waktu,” katanya saat meninjau di lokasi TMMD.

Lebih dari itu, ia juga optimis, akses jalan yang lebih baik juga akan mampu menggerakkan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Gotong Royong Kunci Sukses TMMD

Gotong royong yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia mampu menumbuhkan kepedulian, keadilan sosial, dan kebersamaan untuk mencapai kemajuan bersama demi terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

Terlebih di era kemerdekaan saat ini, semangat gotong royong sangat diperlukan dan menjadi fondasi penting untuk terus bergerak maju dalam membangun bangsa.

Baca Juga  Innalilahi Wa Inna Ilaihi Raji'un AIPTU Ibrahim Tile Tutup Usia Polres Selayar Berkabung

Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko menilai, keberhasilan program TMMD dalam mempercepat pembangunan selama ini juga tidak terlepas dari semangat gotong royong yang terus hadir dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat.

“Program TMMD merupakan bentuk komitmen gotong royong dalam rangka mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila. Gotong royong inilah cara kita untuk membangun bangsa,” kata pria yang akrab disapa Kang Giri itu.

TMMD juga diakuinya sebagai bentuk dedikasi besar TNI untuk terus hadir membantu masyarakat dalam melakukan percepatan pembangunan. Oleh karena itu, ia optimis, berbagai pencapaian yang dicapai pada TMMD ke-121 di Desa Selur akan terus berlanjut di masa mendatang.

“Saya yakin, ini akan dilanjutkan dan copy paste di mana-mana, sehingga percepatan pembangunan akan semakin bagus,” ujarnya.

Tak lupa, ia juga berterima kasih atas terselenggaranya TMMD ke-121 di wilayah Ngrayun yang merupakan kecamatan terbesar di Kabupaten Ponorogo.

“Ngrayun ini kecamatan terbesar, luasnya hampir seperlima dari luas wilayah Ponorogo. Luas jalannya panjang-panjang dan masih banyak yang perlu dilakukan perbaikan. Untuk itu, mewakili pemerintah daerah dan masyarakat Ponorogo, kami mengucapkan banyak terima kasih atas suksesnya penyelenggaraan TMMD ke-121,” urainya.

Pembangunan yang Menyeluruh

Meskipun pembangunan fisik seperti infrastruktur sangat penting, namun pembangunan nonfisik juga memiliki peran yang sama pentingnya dalam menciptakan masyarakat yang sejahtera dan berkelanjutan.

Pembangunan nonfisik sangat penting untuk menciptakan fondasi yang kuat bagi pembangunan di segala lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa pembangunan nonfisik yang memadai, pembangunan tidak akan dapat optimal.

Mengingat pentingnya hal tersebut, program TMMD tidak hanya sebatas fisik saja, namun juga nonfisik. Seperti dalam TMMD ke-121 Kodim 0802/Ponorogo yang melakukan kegiatan nonfisik dengan memberikan berbagai penyuluhan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Mulai dari penyuluhan tentang wawasan kebangsaan dan bela negara, bahaya terorisme dan paham radikalisme, hukum dan Kamtibmas, lingkungan hidup dan kehutanan, serta bahaya narkoba. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kesadaran masyarakat agar tidak melanggar hukum dan dapat berbuat yang terbaik bagi kepentingan bangsa dan negara.

Termasuk juga penyuluhan tentang pertanian, KB kesehatan, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), stunting, dan keagamaan. Diharapkan ini dapat meningkatkan kesejahteraan dan derajat kesehatan masyarakat, serta untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagai langkah pembangunan yang lebih menyeluruh dan berdampak kepada masyarakat, juga dilakukan program unggulan Kasad berupa pembangunan 3 unit sumur bor, renovasi 1 unit rumah tidak layak huni, serta penghijauan. Program ini hadir sebagai bentuk kepedulian TNI AD untuk terus hadir membantu setiap kesulitan masyarakat dan menjaga kelestarian alam.

Tak terasa, 30 hari telah berlalu. Berbagai pembangunan fisik dan nonfisik yang dilakukan pada TMMD ke-121 di Desa Selur telah tuntas 100 persen. Banyak kisah kebersamaan yang telah terajut antara para prajurit dan masyarakat. Kucuran keringat yang telah terbuang mampu menghapus air mata penderitaan akan sulitnya kehidupan masyarakat Desa Selur selama ini.

TMMD yang hadir juga mampu membangkitkan asa masyarakat Desa Selur. Mereka kini menjadi lebih bersemangat dan giat lagi dalam bekerja untuk menyongsong hari esok yang lebih baik. Begitu pula untuk anak-anak yang masih sekolah, mereka juga lebih bersemangat dalam bersekolah untuk menuntut ilmu dan meraih citanya.

Sederet pencapaian yang berhasil ditorehkan pada program TMMD ke-121 Kodim 0802/Ponorogo tak ayal mampu menjadikan salah satu indikator bagi suksesnya program TMMD selama ini dan menjadi kado istimewa di momen peringatan Hari Kemerdekaan ke-79. Dirgahayu Indonesiaku, Nusantara Baru Indonesia Maju.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *