Rakyat Sekarang Sudah Siap Menghapi Gelontoran Sembako dan Serangan Fajar

Ilustrsai serangan fajar

Jelang pemilihan umum, satu hal yang perlu diwaspadai adalah praktik politik uang. Di daerah masing-masing, istilah politik uang ini macam-macam, tapi umum diketahui sebagai serangan fajar.

Pada pemilihan kepala desa, praktik ini sudah semacam “tradisi”, padahal jelas-jelas tidak mencerminkan perilaku antikorupsi.

Jenis serangan fajar

Istilah serangan fajar berasal dari kalangan militer. Tentara biasanya menyergap dan menguasai daerah target secara mendadak di pagi buta. Karena serangan fajar ini biasanya relatif berhasil, untuk itulah praktik ini diadopsi di pemilihan oleh para caleg atau calon pemimpin culas.

Malpraktik pemilu tersebut umumnya menyasar dua jenis pemilih yaitu pemilih inti (core voter) dan pemilih mengambang (swing-voter).

Namun, kebanyakan praktik serangan fajar menyasar swing-voter karena partai-partai tak ingin menyia-nyiakan uang hanya untuk pemilih loyal atau inti. Mereka cenderung mendekati pemilih mengambang.

Praktik tersebut seringkali disebut sebagai klientelisme elektoral sebagai distribusi imbalan material kepada pemilih saat pemilu saja.

Banyak kajian politik uang, kata Burhanudin Muhtadi dalam buku Kuasa Uang: Politik Uang dalam Pemilu Pasca-Orde Baru (2020), sekadar bersandar pada bukti anekdotal atau bersumber dari rumor dan klaim yang tidak terbukti.

Akibatnya, tak banyak yang diketahui secara pasti tentang jumlah pemilih yang benar-benar menjual di Indonesia.

Nah dengan kata pembukaan diatas, menghadapi Pemilu tahun 2024, warga bangsa Indonesia sekarang tidak lagi khawatir dengan serangan fajar maupun pembagian sembako dari kandidat Caleg maupun Pilpres, sebab pilihan sudah mantap sesuai dengan pertimbangan akal sehat dengan menilik kandidat yang bersangkutan dari sudut etika, moral dan akhlak serta kapasitas intelektualitasnya.

Akibatnya, tak banyak yang diketahui secara pasti tentang jumlah pemilih yang benar-benar menjual di Indonesia.
Nah dengan kata pembukaan diatas, menghadapi Pemilu tahun 2024, warga bangsa Indonesia sekarang tidak lagi khawatir dengan serangan fajar maupun pembagian sembako dari kandidat Caleg maupun Pilpres, sebab pilihan sudah mantap sesuai dengan pertimbangan akal sehat dengan menilik kandidat yang bersangkutan dari sudut etika, moral dan akhlak serta kapasitas intelektualitasnya.

Baca Juga  Pegurus Forum Pers Independent Indonesia Se-Lampung Secara Serempak Berbagi Sembako dan Santunan

Jadi kampanye seseru apapun, penilaian obyektif terhadap kapabilitas serta integritas calon yang menjadi pilihan itu sudah mantap, tak lagi bisa tergoyahkan oleh sekedar bingkisan-bingkisan yang sifatnya manipulatif itu. Sebab untuk pemberian yang ikhlas tanpa pamrih semestinya dapat diberikan jauh sebelum memasuki masa kampanye.

Selebihnya, warga masyarakat yang sudah semakin cerdas sekarang ini, sudah lebih banyak belajar atau paling tidak sudah mendengar dari kanan dan kirinya tentang pengalaman pada Pemilu sebelumnya.

Lebih dari itu, toh warga masyarakat bisa menelusuri jejak digital yang bersangkutan dengan cara yang paling mudah untuk mengetahui sekalian memahami reputasi maupun pengalaman calon kandidat yang bersangkutan. Tak hanya ikhwal sisi baiknya semata, tapi juga sisi keburukan yang bersangkutan.

Jadi masa kampanye yang dilakukan oleh para kandidat yang hendak berkontestasi dalam Pemilu 2024, semacam bagian dari klarifikasi saja tentang kebenaran dan kebaikan yang bersangkutan, jika kelak menjadi pemimpin di negeri ini. Maka itu, acara dapat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden misalnya, sekedar untuk menggenapi bentuk klarifikasi, sedangkan selebihnya sudah ada digenggaman pemegang suara.

Soalnya memang, sungguhkah Pemilu bisa dilaksanakan secara jujur, adil dan bermartabat beretika dengan tetap mengedepankan kepentingan rakyat banyak ?

Inilah sebabnya harapan dari Pemilu sangat diharapkan bisa memberi banyak tauladan, pendidikan serta upaya untuk lebih mendewasakan sikap politik bagi rakyat bahwa politik itu penting dan tidak jahat atau buruh, seperti yang terlanjur terpatri dalam hati banyak orang.

Pada bagian lain, memang Pilpres, Pileg maupun Pilkada terlanjur dianggap semacam pertandingan yang harus dimenangkan dengan cara apapun. Sehingga unsur pendidikan politik bagi rakyat semakin dikesampingkan, untuk kemudian menghalalkan segala cara.

Baca Juga  Pj. Gubernur Lampung Lakukan Kunjungan Kerja ke Kabupaten Pringsewu

Oleh karena itu, serangan fajar atau serbuan pasukan sembako tak lagi bisa diharap mampu menggoda keyakinan pilihan rakyat yang sudah mantap Istiqomah tiada akan bergeser sedikitpun, seperti ketetapan hati yang jujur, ikhlas, percaya untuk memberikan suara Tuhan seperti acap disebut banyak orang untuk mereka yang juga diyakini paling jujur, paling ikhlas untuk menunaikan amanat rakyat.

Karena itu, sosok seorang pemimpin yang pantas dan patut untuk dipilih adalah mereka yang tidak tidak memiliki potensi untuk berbohong, khianat dan mengabaikan kepentingan rakyat. Sebab mereka yang menjabat itu pada pokoknya harus mengayomi, membela sekaligus memperjuangkan aspura rakyat. Jika tidak, mengapa harus kita dipilih?

Rakyat sekarang sudah siap menerima gelontoran Sembako serta serangan fajar. Apalagi, selalu diposisikan tidak elok jika menolak. Dan realitasnya pun, harga sembako di pasar pun tak kalah ugal-ugalan. Karena memang telah dijadikan bagian dari kelengkapan aksesoris kampanye yang dianggap pantas dan jamak untuk melengkapi prosesi acara.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *