Beritatrends, Ponorogo – Ribuan warga Ponorogo memadati jalanan pada Sabtu sore (6/7/2024) untuk menyaksikan kirab pusaka sekaligus merayakan malam 1 Suro atau pergantian Tahun Baru Islam. Dalam acara ini, warga tidak hanya menyaksikan kirab pusaka, namun juga berlomba untuk ngalap (mencari) berkah.
Kirab ini membawa lima pusaka penting, yaitu Angkin Cinde Puspito, Payung Kiai Tunggul Wulung, Tombak Kanjeng Kiai Tunggul Nogo, serta dua pusaka baru yang menjadi simbol Kabupaten Ponorogo, yakni Keris Kiai Pamong Angon Geni dan Tombak Kiai Bromo Geni.
Pusaka-pusaka ini dikirab sejauh 7 kilometer, mulai dari Kota Lama di Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan, menuju Kota Tengah di Kelurahan Mangkujayan, Kecamatan Ponorogo.
Di akhir kirab, warga berebut air jamasan, air yang digunakan untuk mencuci pusaka, yang diyakini membawa berkah.
Selain itu, mereka juga berebut buceng porak, yaitu dua gunungan yang berisi hasil bumi seperti sayur-mayur dan buah-buahan. Setiap buceng berisi bermacam-macam bahan, mulai dari wortel, terong, cabai, sawi, hingga nanas, jeruk, dan salak.
Warga percaya bahwa air jamasan dan buceng porak dapat membawa keberuntungan dan memperlancar rezeki, bahkan dipercaya bisa membantu pasangan yang mendambakan keturunan. Salah satu warga, Fawaz Mahendra, mengaku sudah tiga tahun berturut-turut ikut berebut buceng porak atas permintaan neneknya.
“Ngalap berkah, jadi ya nekat saja. Alhamdulillah dapat satu kresek. Buat nenek di rumah,” katanya.
Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, dalam kesempatan tersebut mengajak warga untuk menjadikan momentum ini sebagai introspeksi diri.
“Kita berkaca tahun lalu. Menatap masa depan. Segala kesalahan mohon dimaafkan. Warga Ponorogo semakin rukun semakin hebat,” tuturnya.
Acara ini menjadi simbol kekayaan budaya dan semangat kebersamaan warga Ponorogo, yang tetap menjaga tradisi leluhur dalam menyambut Tahun Baru Islam.