Gedung SMKN 2 Magetan
Beritatrends, Magetan – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) membeberkan lima kesalah pahaman dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Meski kini sudah banyak satuan pendidikan yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, tetapi masih banyak miskonsepsi atau kesalah pahaman dalam pelaksanaannya.
Adapun menurut laman Kemdikbud, Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dengan konten yang lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Selain itu, guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Dian Setyowati M.Pd selaku Waka Kurikulum SMKN 2 Magetan
Dian Setyowati M.Pd selaku Waka Kurikulum SMKN 2 Magetan mengatakan, Kurikulum Merdeka ini di SMKN 2 Magetan diterapkan mulai tahun 2022 di kelas 10, kita mulai menerapkannya di kelas 10 mulai tahun ini, jadi baru mulai, kendalanya karena kita baru, harus penyesuaian diri, kemudian bapak / ibu guru juga menyusaikan.
Kalau materi itu sebenarnya sama-sama yang k13, hanya metode-metodenya yang beda, ini kan kurikulum kemerdekaan, pendidikan merdeka harus beradaptasi.
“Oh ya kita sudah mulai misalnya Ipas itu ke taman Njelok terus kalau Boga saya ajak ke Perpesda, terus ke Alun-alun, jadi kesemua tempat yang menyenangkan, engga harus di dalam kelas,” terang Dian.
Kurikulum kemerdekaan ini alhamdulillah sudah terlaksanakan di SMKN 2 Magetan, belajar merdeka itu merupakan pendidikan yang merdekakan, jadi anak-anak belajar dengan tidak dipaksa, istilahnya tidak dengan aturan-aturan yang mengekang, jadi anak-anak belajar dengan senang, belajar dengan merdeka, dengan pemikiran sendiri.
“Kita ajak anak-anak menentukan tema, temanya pingin apa seperti itu misalnya, kalau masak di Boga pengennya yang sufes, seperti apa dia menentukan sendiri, tapi temanya tetep dari kita, hanya pilihan jarnis, pilihan rasa itu dia yang menentukan, anak-anak diberi hak untuk memilih sesuai kesenangan dia atau keinginan dia, itu namanya merdeka,”paparnya.
Untuk siswa sendiri bisa senenng, anak-anak itu kalau diajak diluar lebih senang beda dengan suasana di kelas, karena suasananya baru, lebih luas, dan terbuka, pandangannya terbuka kalau di taman langsung ke alam.
“Kalau praktek diluar ruangan anak anak lebih senang, sebenarnya tahun kemarin metodenya sudah sama, anak anak itu bisa terlibat secara optimal,”ucap Dian.
Kalau dulu Guru yang menentukan semuanya, tapi sekarang tidak, anak anak pengennya bagaimana, semua tergantung anak-anak, mereka diajak ngobrol untuk berdiskusi terjadilah kesepakatan bersama.
Kurikulum kemerdekaan ini sudah diterapkan di kelas 10, tapi kelas 11 dan 12 masih k 13, sekarang sudah ada P5 (Proyek Penguwatan Profil Pelajar Pancasila). Jadi anak-anak harus mempunyai pengalaman mengelola kegiatan di kehidupan sehari-hari. Kalau dulu namanya OSIS. Dulu OSIS yang mengelola kegiatan, sekarang anak-anak harus terlibat, jadi satu kelas harus merencanakan, kemudian menyusun proposal kemudian melaksanakan sampai membuat laporan kegiatan.
“Dengan tujuan anak-anak biar mengalami tidak hanya peserta saja tapi juga sebagai panitia, P5 sudah jalan termasuk salah satu Kurmer (kurikulum kemerdekaan),”jelas Dian.
Abrar Siswa SMKN 2 Magetan kelas 10
Ditempat yang berbeda Abrar Siswa SMKN 2 Magetan kelas 10 mengatakan, Kurmer di SMK 2 sendiri sudah terlaksana, menurut Abrar sangat membantu bagi siswa-siswa yang intrefet, jadi kurikulum merdeka ini banyak sekali pelajaran menuju presentasi.
“Kita bisa menjalin kekeluargaan antar siswa, antar teman-teman semua dikelas, jadi kita bisa lebih akrab dan rasa kekeluargaan bertambah. Ada perwakilan siswa per kelas apa bila ada even yang menjadi panitia,”pungkas Abrar.
Erlisty kelas 10 SMKN 2 Magetan
Ditambahkan Erlisty kelas 10 menjelaskan, kurikulum merdeka kayak membebaskan misalkan kita bebas pingin belajar diluar sekolah entah itu di taman kota atau dimana itu menurut saya di SMKN 2 Magetan sudah dilaksanakan.
“Kurikulum merdeka sangat menyenangkan kalau dulu seperti kerja kelompok tapi jarang, namun kalau di kurikulum merdeka sangat sering belajar diluar itu sama juga melatih kerja sama. Dikelas bisa kerja sama tapi tidak ada sirkel-sirkel atau geng-gengan seperti dulu semua akrab menjalankan tugas dengan kompak karena ada pelajaran P5 yang diterapkan di kuriukulum Merdeka,”pungkasnya.
Ditulis Oleh Diajeng Putri Lupitasari Wartawan Beritatrends.co.ic