Beritatrends,Blitar –Jagat maya Blitar dibuat geger dengan beredarnya sebuah video perundungan terhadap seorang siswa berseragam SMP yang diduga terjadi di lingkungan salah satu SMP Negeri di Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Dalam video berdurasi hampir satu menit tersebut, tampak seorang siswa dipukuli dan ditendang oleh beberapa siswa lainnya, sementara sejumlah siswa lain hanya menonton tanpa memberikan pertolongan.
Video itu pertama kali menyebar dari sebuah grup WhatsApp warga Kabupaten Blitar dan kemudian viral di media sosial. Meski lokasi pasti belum dapat dikonfirmasi, kuat dugaan bahwa peristiwa kekerasan ini terjadi di lingkungan sekolah formal, mengingat seragam yang dikenakan korban dan para pelaku tampak sesuai dengan seragam SMP negeri.
Aksi perundungan itu terekam jelas—korban yang mengenakan seragam tampak tidak melawan saat dikeroyok oleh beberapa temannya. Ironisnya, kejadian itu berlangsung di depan siswa-siswa lain yang hanya menjadi penonton, memperkuat dugaan lemahnya pengawasan dan pembinaan di sekolah.
Salah satu warga, Yanto, yang turut menyaksikan video tersebut mengaku prihatin dan marah atas kejadian ini. Ia menilai bahwa sekolah telah lalai dalam menjalankan perannya sebagai lembaga pendidikan dan pengawasan.
“Lingkungan sekolah harusnya jadi tempat aman bagi anak-anak. Kalau sampai kekerasan seperti ini terjadi, berarti ada yang sangat keliru dalam pengawasan. Sekolah harus bertanggung jawab,” ujar Yanto tegas, saat diwawancarai Minggu (20/07/2025).
Yanto juga menambahkan bahwa para pelaku harus diberikan pembinaan yang tegas dan edukatif agar mereka menyadari kesalahan mereka, bukan hanya sekadar diberi sanksi administratif. Ia mendesak sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan dan pengawasan terhadap seluruh siswa.
Hingga berita ini ditulis, pihak sekolah yang diduga terkait serta Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar belum memberikan pernyataan resmi. Namun desakan dari masyarakat terus menguat, menuntut adanya tindakan tegas dan transparan demi mencegah kejadian serupa terulang di masa depan.
Perundungan di lingkungan sekolah tidak hanya mencoreng dunia pendidikan, tetapi juga menyisakan trauma mendalam bagi korban. Kasus ini menjadi tamparan keras bagi semua pihak—terutama institusi pendidikan—untuk tidak menutup mata terhadap kekerasan yang terjadi di lingkungan mereka.