Bupati Suprawoto, Meletakan Batu Pertama Pembangunan Multikampus Unesa di Magetan
Beritatrends, Magetan – Peradaban manusia akan berubah, namun kita harus kembali terlebih dahulu pada pondasi dasar kehidupan dengan harapan yang lebih riil. Pada peradaban baru ini seharusnya manusia tidak mendasari hidupnya hanya karena lifestyle, namun membangun kebersamaan sehingga hidup lebih nyaman.
Didalam konteks peradaban baru, manusia menjadi sangat ketergantungan dengan teknologi, bahkan manusia dibuat seolah-olah seperti robot oleh perusahaan transnasional yang hanya mencari keuntungan. Semestinya pada masa depan manusia lebih manusiawi karena manusia adalah ciptaan-Nya, dan bukan diciptakan oleh teknologi.
Kampus tidak sekedar simbol kependidikan di Magetan, tetapi juga untuk memberikan nilai ekonomi dan menumbuhkan dinamisasi masyarakat. Dalam kondisi pasca pandemic.
Prosesi pembangunan Multikampus Unesa secara simbolis diawali dengan peletakan batu pertama Bupati Magetan Dr. Drs. H. Suprawoto SH. M.Si dilanjutakan oleh Forkopimda atau yang mewakil kemudian oleh Pihak Kampus bertempat di Jalan Barat Utara Gardu Listrik Kecamatan Maospati.
Bupati Suprawoto mengatakan, Peletakan batu pertama kampung Unesa di Magetan, hari Kamis (22 September 2022), pihaknya ingat salah satu anggota DPRD waktu itu almarhum Pak Rahman beliau saat ketemu merealisasi kampung ini sudah menjadi impian masyarakat di sini, karena beliau lama jadi anggota DPRD dan kemudian juga tokoh yang kemudian menetap lama disini.
Waktu itu menyampaikan bahwa gagasan itu ketika saya sampaikan kemudian beliau mengatakan itu merupakan mimpinya masyarakat di daerah sini, oleh sebab itu kami bersambut Universitas Negeri Surabaya kemudian ikut memecahkan persoalan bangsa, ini sebetulnya bukan persoalan hanya Magetan dan sekitarnya, tapi adalah persoalan bangsa, jadi persoalan bangsa ini adalah pemerataan dalam segala hal termasuk pendidikan, jangan sampai pendidikan itu ngumpul di kota kota besar, karena setiap warga negara Itu berhak untuk mendapatkan pendidikan, Unesa memaprealisasikan amanat undang-undang dasar ini dengan cara membangun kampus ini, kita kolaborasi dengan Unesa kebetulan kita punya tanah, tanah di sini 13,4 hektar kita hibahkan.
Jadi cara berfikir kita itu begini, sistim pemerintahan itu mulai dari pusat sampai desa, kalau misalkan tanah ini dihibahkan ke Unesa bukan berarti kita ini kehilangan tanah, tidak sama sekali, tempatnya juga di Magetan itu cara berfikir kita, karena saya tadi juga mengatakan orang bodoh tetap miskin dan orang miskin akan tetap bodoh, cara memutus rantai itu yang paling bagus adalah dengan pendidikan, kita tahu seperti Singapur itu luar biasa negara kecil kayak gitu bisa menguasai dunia.
Karena sumber daya manusianya, oleh sebab itu harus jadi pelajaran bagi kita, dalam lingkungan kecil Magetan harus sumber dayanya manusia bagus, Indonesia harus bagus caranya begini mempercayakan akses pendidikan ini, di sini ada Poltekes punyanya kementerian kesehatan sudah ada, Unesa ini saya yakin yang pertama.
Kemudian yang kedua kalau misalkan ada kampus swasta seperti saya sampaikan tadi bahwa itu fakta sejarah, kampus swasta itu akan besar kalau ada Universitas Negeri yang besar, jadi kita tahu, kita bisa, melihat belajar di Malang, di Bandung, di Jogja, di Solo, dimana saja, begitu ada Universitas Negerinya kampus swastanya jadi ikut besar.
Ketika ada penerbangan pesawat dari lanud nanti proses belajarnya memakai microfone, dan tidak setiap saat pesat lanud terbang, nanti bisa di atur , nanti koordinasi dengan lanud, mengganggu pasti, pasti ada gangguan, tapi kalau gangguan suara itu tidak papa, untuk prodinya rencananya 16 dan saya minta 6 itu saja yang peminatnya besar,”papar Bupati Suprawoto.
Ditempat yang sama Prof. Dr. Nurhasan,M.Kes. selaku Rektor Unesa mengatakan, sementara ada enam prodi nanti dilihat kebutuhan daerah. Kita harus beradaptasi, adaptasi itu penting, kebutuhan masyarakat apa sekitar sini, bahkan ini baru buka saja sudah ada dari Kalimantan yang mendaftar, saya juga kaget yang daftar kok malah dari luar Jawa, artinya apa kalau Magetan itu keren dan murah.
Ini sudah mulai, karena masih haibrit masih online peluang itu ada kemudian di era merdeka belajar peluangnya sangat besar tidak harus di kampus bisa di perusahaan, bisa di desa, membangun proyek desa bisa juga di tempat-tempat lain dan bisa dihargai 40 SKS artinya apa bahwa ketika membutuhkan gedung dan sebagainya itu bukan segalanya di era sekarang.
Karena model pembelajarannya sudah online dan haibrit itu dimana-mana S2 sudah jalan. Ada kajian akademisnya ada instrumen yang kita bagikan ke masyarakat maka kita bisa menentukan lokasi yang di tawarkan oleh pemerintah daerah dan juga tidak sembarangan karena ini juga di tuntut oleh kementrian apa dasarnya pakai kajian akademis, menyampaikan instrumen kepada masyarakat kebutuhannya apa dan terkait dengan temen-temen yang ada di perguruan tinggi swasta tidak perlu ragu-ragu karena hasil kajian terakhir kejuruan terakhir mengatakan bahwa lulusan SMA/SMK itu baru 30% yang bisa masuk Negeri, 70% yang tidak masuk negeri dan hanya masuk di swasta.
Saya yakin temen-temen kita dengan merdeka belajar kampus, merdeka kolaborasi ini penting. Kita nanti bekerja sama apa yang bisa kita bantukan ke temen swasta dan apa yang kita miliki untuk kebutuhan mereka, untuk penguatan agar SDM kita betul-betul tangguh di era ketidakpastian lulusan kita harus tangguh dan berani berinovasi.
Kita kan lemah disitu penakut mungkin karena terlalu lemah di jajah Belanda, ini takut belum tangguh, maka kita siapkan betul SDM 3-5 tahun kedepan yang tangguh, yang tidak cemen, tidak mudah putus asa, saya yakin di Magetan ini apalagi meletakkan batu pertama harus pakai ritual dengan mencari hari baik.
“Pembangunan ini sampai Desember ini kan aturan Negara setelah itu Januari dimulai lagi, insyaallah Mei/Juni selesai sudah bisa di pakai, semoga rintisan ini menjadi sesuatu yang bisa meningkatkan SDM kita, sesuai dengan arahan kementrian,”pungkas Prof. Dr. Nurhasan,M.Kes.