Pelatihan mengurai Sampah Pasar Jadi Makanan Ternak dan sisanya Jadi Pupuk Organik
Beritatrends, Magetan – Proses budidaya maggot salah satu program yang menarik. Maggot merupakan larva yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan unggas dan ikan yang memiliki nilai gizi tinggi. Maggot yang umum dibudidayakan merupakan tahap larva dari lalat tentara hitam atau yang dikenal dengan lalat black soldier fly/BSF (Hermetia illucens).
Tahap persiapan pembudidayaan maggot adalah pembuatan kandang maggot yang meliputi kandang budidaya dan kandang kawin. Bahan pembuatan kandang maggot adalah bambu yang didapatkan dari hutan bambu terdekat. Kemudian ditata dan dihias sedemikian rupa. Setelah kandang selesai dibangun, larva-larva maggot ditempatkan di kandang budidaya.
Makanan maggot adalah sampah organik atau sampah dapur yang didapatkan dari rumah-rumah warga atau dari Pasar, kemudian seluruh sampah yang dikumpulkan dicacah hingga halus untuk mempermudah maggot mencerna makanannya.
Selama fase maggot, makanan harus disediakan setiap hari. Pada fase pertumbuhannya, larva akan berubah menjadi pupa. Pupa ini dikumpulkan dan diletakkan pada kandang kawin yang telah disediakan hingga pupa menetas menjadi lalat BSF yang kemudian akan kawin dan bertelur. Telur-telur lalat dikumpulkan di kandang budidaya hingga menetas menjadi maggot dan kemudian diproses seperti tahap awal pembudidayaan.
Sekda Magetan Hergunadi mengatakan, diharapkan dalam pelatihan margot ini pertama temen-temen bisa mengurai sampah di Magetan terus yang kedua margot ini kan sumber energy, jadi sumber pakan ternak yang mempunyai protein tinggi sehingga nanti juga akan bermanfaat bagi peternakan,
“Sampah sisa margot ini menjadi bahan pupuk organik yang sangat baik untuk pertanian, jadi nanti bisa mengurangi pupuk subsidinya,”paparnya.
Ditempat yang sama Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangaan Magetan Sucipto SH. M.Hum mengatakan, pada tahun 2021 kemarin kami sudah ada kerja sama dengan IPB membuat viset, progam inovasi sampah selesai di tempat, maksudnya sampah-sampah pasar tidak dibuang ke TPA, tapi diurai menjadi pupuk organik, dan ini ada kerja sama dengan IPB dengan sistem maggot.
Perkembangbiakan magot diurai dari sampah-sampah organik, kebetulan sampah kami ini kebanyakan 60% sampai 70% sampah dari sayur, jadi terganggu sekali untuk perkembangbiakan magot, magotnya ini kami kembangbiakan untuk pakan ternak karena tinggi protein, dan sekarang ini sudah diuji cobakan dengan peterna KOI yang ada di Panekan, sedangkan nanti dari sampahnya itu bisa dibuat pupuk organic.
“Ini inovasi dari Dinas Indag, kami mengurai sampah selesai ditempat tidak harus di buang ke tempat TPA, dan sedangkan magot nya nanti bisa kita kolaborasikan untuk pakan ternak, dan tadi ada bantuan alat dari IPB, untuk kerja samanya seterusnya, hari ini ada pelatihan dan bantuan alat, peserta hari ini pertama anak buah kami yang sudah bekerja di pasar, juga ada daerah lain seperti Plaosan, magot ini nanti tidak hanya di tempat kami itu juga di TPS-TPS yang lain, sekarang ini yang kami undang pesertanya sekitar 34 orang,”pungkas Cipto.