Beritatrends, Blitar – Setda Kabupaten Blitar Izul Mahrom menghadiri acara Tawur Kesanga di RTH Wlinggi Kabupaten Blitar. Acara ini dihadiri oleh Anggota Forkopimda,Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Staf Ahli, Asisten dan Kepala Perangkat Daerah terkait di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Blitar, Kepala Kementerian Agama Kabupaten Blitar dan Ketua PHDI Blitar Raya.pada Minggu ,( 10/3/ 2024 ).
Dalam ajaran Hindu, ada tiga ajaran atau tuntunan suci yang sangat relevan dalam menumbuh kembangkan sikap toleransi sesama anak bangsa. Pertama, Vasudhaiva Kutumbhakam Artinya, kita semua bersaudara, satu keluarga tunggal, tanpa membedakan agama, suku, bahasa, budaya, tradisi, dan warna kulit.
Dengan memahami dan menghayati ajaran ini, niscaya kita bisa menjaga kesatuan dan persatuan bangsa untuk kejayaan NKRI.
Yang kedua Tat Tvam Asi. Ajaran ini mengembangkan sifat saling asah, asih, dan asuh. Di sini kita diajarkan untuk mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan, berat ringan dipikul dan dirasakan bersama. Gotong royong, tolong menolong hendaknya selalu dikedepankan. Kehidupan yang damai tidak mungkin terwujud tanpa adanya toleransi. Yaitu, sikap saling menghormati, menghargai, memahami maupun saling menerima adanya perbedaan.
Ketiga, Tri Hita Karana. Artinya, Tri Hita Karana bersumber pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan Hyang Widhi Wasa, manusia dengan alam lingkungannya, dan manusia dengan sesamanya. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dengan lainnya agar tercapai ketentraman dan kedamaian. Untuk itu monggo kita semua merawat keberagaman ini demi utuhnya persatuan dan kesatuan.
Izul mahrom setda kabupaten blitar mengatakan Kegiatan Umat Hindu ini, tentunya tidak lepas dari peran serta masyarakat dari berbagai daerah, agama dan keyakinan. Ini wujud kerukunan umat beragama. Dan ini harus dipertahankan. Karena memang negara kita ini sangat plural, beragam suku, agama, bahasa dan adat istiadat. Keberagaman ini justru membuat kita semakin kuat, kokoh dalam bingkai NKRI.
Jika kemarin waktu Pemilu 2024 sampat berbeda pilihan, saatnya kita kembali bersatu saling gotog royong membangun negeri ini dengan saling welas asih dan satu pemahaman yakni untuk masyarakat sejahtera, Indonesia maju.
Seperti pada kegiatan tawur Kesanga yang identik dengan ogoh-ogoh ini. Buta Kala diwujudkan sebagai ogoh-ogoh adalah bagian dari pada unsur alam yang negative yang bisa memicu perpecahan dan angkara murka. Sehingga dalam upacara ini diharapkan sifat-sifat yang negatif ini tidak mengganggu. Setelah diarak hingga ke desa berarti energi negatif sudah terkumpul, kemudian dibakar.
Dengan demikian energi negatif hilang, yang ada energi positif sehingga saat Nyepi bisa melaksanakan tapa brata dengan khidmad dan kehidupan tenang, guyub rukun. Untuk itu saya berharap, setelah tapa Brata pada keesokan harinya (Hari Raya Nyepi), bisa menjadi pribadi yang mawas diri dan menghindari perbuatan tidak baik. Juga semakin sejahtera kehidupannya dan semakin bertawakal pada Sang Hyang Widi. ” Ungkapnya saat membuka acara mewakili Bupati Blitar.