Sejarah, Raja Urung Liang Melas (Pulu Samperaya) Pada Zaman Kolonial Belanda Kuasai Tanah Karo 

Ket foto : Raja Pendobahen Sembiring Kembaren (Raja Urung liang Melas Pulu Sampe Raya) Semasa hidup.

Beritatrends, Tanah Karo –  Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1887 Belanda menguasai daerah Sumatera Timur melalui perjanjian dengan raja-raja yang berbentuk kontrak yang disebut dengan Lange Verklaring yaitu Perjanjian Panjang dan Korte Verklaring yang artinya Perjanjian Pendek.

Saat Belanda membentuk daerah Sumatera Timur menjadi daerah Kresidenan yang sebelumnya termasuk daerah Kresidenan Sumatera Timur yang berkedudukan di Bengkalis (Riau).

Kresidenan Sumatera Timur dipimpin oleh Seorang Residen bangsa Belanda, berpusat di Medan yang terdiri atas 4 daerah afdeling yaitu:
-Afdeling Deli dan Serdang
-Afdeling Simalungun dan Karo Landen
-Afdeling Langkat, dan Afdeling Asahan.

Selanjutnya wilayah administrasi afdeling Simalungun dan Karo Landen dibagi lagi menjadi Onderafdeling, yaitu Onderafdeling Simalungun dan Onderafdeling Karo Landen.

Masing-masing dari onderafdeling itu dipimpin oleh Controleur (Pengawas) orang Belanda berkedudukan di Pematang Siantar dan Kabanjahe.

Di daerah administrasi Onderafdeling Karo Landen, pemerintahannya disebut dengan nama Selfbestuur, di bawah kekuasaan seorang Controleur Belanda, terdapat 5 (lima) pemerintahan swapraja pribumi tingkat kerajaan atau disebut (Landschaap) yang dipimpin oleh sebutan “Sibayak” yang memimpin 18 Kerajaan Urung.

Sementara, yang dimaksud dengan Raja Urung adalah pemerintahan pribumi bawahan atau bagian dari Kerajaan (Landschaap) Sibayak.

Adapun kelima pemerintahan Swaja Pribumi atau Landschaap yang dipimpin oleh masing -masing Sibayak yaitu :

Landschaap Sibayak Lingga yang berkedudukan di Desa Lingga yang membawahi enam urung yaitu Urung XII Kuta di Kabanjahe, Urung Telu Kuta di Lingga, Urung Lima Senina di Batu Karang, Urung Tiga Pancur di Tiga Pancur, Urung IV Teran di Naman dan Urung Tiganderket di Tiganderket.

Landscab dibawah komando Sibayak Kuta Buluh yang berkedudukan di Kuta Buluh membawahi dua urung yaitu Urung Namohaji di Kuta Buluh dan Urung Liang Melas dengan basis kerajaan di Samperaya.

Bekas kediaman raja urung liang melas dan bangunan kantor pemerintahan raja urung liang melas pulu samperaya di sebelah depannya

Dan ada lagi Sibayak Sarinembah yang berkedudukan di Sarinembah membawahi empat urung yaitu urung XVII Kuta di Sarinembah, Urung Perbesi di Perbesi, Urung Juhar di Juhar dan Urung Kuta Bangun di Kuta Bangun.

Baca Juga  DPR Santuni 500 Anak Yatim dan Kaum Dhuafa

Landschaap Sibayak Suka membawahi empat urung yaitu urung Suka di Suka, Urung Suka Piring di Seberaya, Urung Ajinembah di Ajinembah dan Urung Tongging di Tongging.

Landschaap Barusjahe membawahi dua urung yaitu Urung Sipitu Kuta di Barusjahe dan Urung Sienam Kuta di Sukanalu.

Walaupun namanya Selfbestuur  tapi dalam prakteknya para Raja-Raja (Sibayak) hanya sebagai alat-alat politik adu domba oleh pemerintah Kolonial Belanda dalam mencapai tujuannya menguasai tanah yang subur di Karo.

Pemerintah Belanda kerap mengadu domba rakyat untuk menguasai tanah karo saat itu, hal itu terbukti dari tugas para raja-raja tersebut tidak bebas menentukan kebijaksanaan pemerintahan, dan hanya dijadikan tameng mencapai misinya. Misalnya dalam hal mengatur soal kutipan pajak terhadap masyarkat, kerja rodi dan berbagai cara dilakukan untuk memperalat pribumi.

Maka tidak heran selama Belanda berkuasa di Indonesia di Tanah Karo tidak ada satu buah pun Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas. Dan mirisnya hanya keturunan Sibayak dan Raja Urung yang hanya bisa mengenyam dunia pendidikan saat itu.

Menyadari adanya niat Belanda untuk memecah belah kaum pribumi maka beberapa dari Raja (Sibayak) beserta para Raja urung diberbagai wilayah tanah karo mulai melakukan perlawanan terhadap sejumlah kebijakan pemerintah Belanda dan tak sedikit pula dari tokoh pemuda Karo yang sama-sama bergerak dalam bidang politik dengan membentuk organisasi partai politik yang ada saat itu.

Mengetahui gelagat akan adanya perlawanan dari warga pribumi yang menentang sejumlah kebijakan Pemerintahan Belanda. Sebagai bukti bentuk kemarahan Pemerintah Belanda. Melalui Pasukannya mereka menembaki kantor pemerintahan dan rumah kediaman Raja Pendobahen Sembiring Kembaren. Yang pada masa itu diberi kepercayaan oleh Sibayak Kuta buluh sebagai Raja Urung di wilayah kawasan Liang Melas yang berpusat di Samperaya.

Saat terjadinya penyerangan ke kediaman Raja Urung Liang Melas, 2 (dua) orang cucu dari Raja Pendobahen Sembiring Kembaren tewas tertembak oleh rentetan senapang Mustang milik pasukan Belanda. Beruntung, Sang Raja Urung Liang Melas beserta istrinya dan beberapa warga berhasil menyelamatkan diri ke hutan.

Baca Juga  Sambung Rasa Komunitas Seni Reog Gagrak Magetan Mempunyai Ciri Tersendiri

Sejak saat itu di beberapa tempat yang dipimpin para Sibayak beserta Raja Urung dimasing – masing wilayah kekuasaannya melakukan gerakan – gerakan ekstrim  keras dengan melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Belanda di Tanah Karo.

Termasuk kiprah perjuangan Raja Pendobahen Sembiring Kembaren atau lebih dikenal dengan sebutan Raja Urung Liang Melas yang berbasis di Samperaya.

Sibayak Kuta buluh selaku pimpinan dari Raja Urung Liang Melas memimpin wilayah kawasan Liang melas pamah sigedang, martelu, lingga muda, Ari Mas, Perbulan, Mbal bal Petarum, Buluh Pancur, Rimo Bunga, Rambah tampu, Lau Mulgap, Tanjung Pamah, Mardingding, Lau Kesumpat, Sembekan, Lau Pakam, Kutambaru Punti, Batu Mamak, Pola Tebu, Kuta  Mbelin, Kuta Pengkih, Gunung Meriah, Liang Merdeka, Tanjung Merahe, Ujung Deleng, Kuta Male, Rih Tengah, Negeri Jahe, Amburidi hingga Ke Marike.

Raja Pendobahen Sembiring Kembaren yang pada zaman itu menjabat sebagai Raja Urung Liang Melas, Penduduk asli Samperaya dirinya diketahui miliki 4 (empat) orang istri yaitu :

– Melbeb Br Tarigan

– Nderem Br Perangin-angin

– Riong Br Tarigan

– Teranggor Br Perangin-angin

Dan berikut nama – nama anak, menantu dan cucu generasi ke lll dari Raja Urung Liang Melas Raja Pendobahen Sembiring Kembaren,

1. Tuan Tingger S Kembaren (alm) – Sawen Br Perangin-angin (almh)

Anak :

– Rasita Br Kembaren (almh)

– Harapen Br Kembaren

– Ruth Br Kembaren

– Mhd. Asal Kembaren

– Abadi Kembaren (alm)

– Rosmety Br Kembaren

2. Hj.Hasamken Br Kembaren (almh) – H.Meja Ginting (alm)

Anak :

– Samsiah Br Ginting

– Rukiyah Br Ginting

– Pipa Br Ginting

– Kamal Ginting (alm)

– Masta Br Ginting

– Syahrum Br Ginting

3. Sanggup Br Kembaren (+)

4. Siat Br Kembaren (+)

5. Rajalah Kembaren (+) – Ulin Br Perangin -angin
Anak :

– Bale Kembaren (+)

– Sendi Kembaren (+)

Baca Juga  MPAL Pesawaran Gelar Festival Budaya Bulimau atau Belanqkhan

– Palas Kembaren (+)

– Ganti Kembaren (+)

– Merek Kembaren (+)

6. Raja Ikuten Kembaren (+) – Dapeten Br Ginting (+)

Anak :

– Sampati Br Kembaren (+)

– Samperaya Kembaren

– Berangkat Kembaren

– Malem Ukur Br Kembaren

– Purnama Br Kembaren

– Sentosa Br Kembaren

– Binar Kembaren

– Jakaria Kembaren

7. Nogor Kembaren (+) – Ngasami Br Perangin-angin (+) , Mutari Br Tarigan

Anak :

– Rante Br Kembaren

– Maka Br Kembaren (+)

– Nimai Kembaren (+)

– Tanda Kembaren (+)

– Bokti Kembaren

– Syarikat Kembaren

– Loko Br Kembaren

– Sukaria Br Kembaren

– Segel Kembaren (+)

8. Perdamen Kembaren (+) – Sempa Br Perangin- angin (+)

Anak :

– Linda Br Kembaren (+)

– Herlina Br Kembaren

– Rebeka Br Kembaren

– Sri Guna Br Kembaren

– Edy Wijaya Kembaren

– Benyamin Kembaren

– Meriahta Kembaren

9. Simpan Br Kembaren (+) – Musa Barus (+)

Anak :

– Niar Barus

– Jenni Br Barus (+)

– Ridwan Barus (+)

– Monalisa Br Barus

10. Penggurun Kembaren (+) – Beloh Mabasa Br Brahmana (+), Ras Malemna Br Perangin-angin (+)

Anak :

– Setia Darma Kembaren

– Hidrawaty Br Kembaren

– Masdiana Br Kembaren (+)

– Kolonel Amrid Salas Kembaren

– Sungkun Berita Kembaren

– Inganta Kembaren

– Aslina Br Kembaren

– Adil Kembaren

– Esterlina  Br Kembaren

– Imanuel Kembaren (+)

– Agustina Br Kembaren

– Abner Celle Kembaren

Hingga saat ini, tepatnya di Samperaya yang dulunya sebagai daerah kekuasaan dan basis pemerintahaan dibawah kendali Raja Urung Liang Melas masih berdiri kokoh rumah kayu, berdinding papan bangunan asli tempoe doloe milik Raja Urung Liang Melas dan terlihat masih ada dingding papan yang bolong bekas ditembak pasukan Belanda.

Tak jauh dari rumah tersebut, terdapat juga bangunan bekas kantor pemerintahan Raja Urung yang kondisinya kian usang dan memprihatinkan efek termakan zaman.

Disekitar itu juga, terdapat kuburan/pusara sang Raja Urung Liang Melas (Raja Pendobahen S Kembaren) beserta keluarga dan beberapa keturunannya di kebumikan. Yang menyerupai kuburan/pusara Raja’Raja pada umumnya.

Pos terkait