Warga Kediren Makin Panas, Geruduk Kantor Desa Tuntut BPD Hingga Hampir Ricuh

Beritatrends, Magetan – Masih melanjutkan aksi mosi tidak percaya, setelah Jumat (10/2/2023), 6 orang warga Kediren, Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan dipanggil Inspektorat setempat dengan didampingi massa, hari ini, Senin (13/2/2023) pagi, warga menggelar aksi di depan Kantor Desa Kediren.

Ratusan warga melakukan aksi konvoi sambil memainkan gas motor berknalpot brong. Pun terlihat beragam poster dengan tulisan nada protes dibawa untuk ikut menyuarakan aspirasinya.

“Kami Masyarakat Desa Kediren Menuntut Kepala Desa Segera Mundur Dari Jabatan; Dinasti Kediren Lengser; Copot Lurah Kediren; Pengurus BPD Ndang Sat Set Ojo Unak Unuk; Kami Tidak Mau Lagi Dipimpin Pemimpin Bermoral Bejat, Mudun Dewe Opo Di Dukne”, ungkap warga dalam poster tersebut.

Pihak desa kemudian mengajak untuk mediasi. Sekitar 20 perwakilan warga dipertemukan langsung oleh Kepala Desa beserta Kuasa Hukumnya, Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan Perwakilan Pihak Kampus.

Disana, warga menuntut agar BPD segera bertanggung jawab sehubungan dengan mosi tidak percaya terhadap dugaan kasus asusila yang dilakukan oleh Kepala Desa terhadap mahasiswi KKN salah satu kampus di Madiun, serta dugaan dinasti kekuasaan pada pemerintahannya.

Warga Kediren menilai bahwa Pemerintah Desa melalui BPD, tidak tegas terkait penyelesaian masalah ini.

“BPD tidak memberi solusi kepada warga dan tidak ada komunikasi sama sekali. Sehingga untuk menghindari kegaduhan dan meluasnya keresahan yang ditimbulkan, kami meminta saudara Kades mengundurkan diri sebagai Kepala Desa Kediren,” kata Hadi, salah satu perwakilan warga.

Sehingga dalam hal ini, Devri Ilhami, perwakilan warga lainnya, menyampaikan agar BPD segera melaksanakan musyawarah yang membahas terkait pencopotan jabatan Kepala Desa.

“Apabila BPD tidak melaksanakan tugasnya sebagai perwakilan masyarakat, kami meminta Pemerintah Desa Kediren untuk memfasilitasi pelaksanaan Musyawarah Besar Desa Kediren dengan melibatkan semua unsur masyarakat,” pungkasnya.

Sementara itu, terkait dugaan kasus asusila, warga menolak penjelasan yang akan diberikan oleh pihak kampus. Mereka menilai bahwa hasil dari Berita Acara Monitoring KKN yang telah ditangan, merupakan bukti yang kuat.

“Kami sudah tidak percaya, nanti kita buktikan yang akan bicara adalah pengadilan,” pungkas Narto di akhir mediasi.

Warga kemudian membubarkan diri, sehingga upaya mediasi pun tak terlaksana dengan baik.

Akan tetapi belum usai, selang beberapa waktu, warga kembali melancarkan aksinya hingga beberapa warga dengan menunggangi motor berknalpot brong masuk ke dalam kantor desa. Sempat hampir ricuh, namun beruntung petugas masih berjaga di sana sehingga suasana dapat dikondisikan.

Pos terkait