Widia Astuti | Politik dan Porsi Kaum Muda

Widia Astuti, Ketua BARA BAJA, kabupaten Magetan.

Beritatrends – Bicara mengenai politik bagi kaum muda saat ini
sama halnya dengan membahas “Making love with a condom”, tidak begitu menarik tapi kebutuhan dan main aman.

Kaum muda tidak membutuhkan kata yang berbelit belit, diplomasi
manis berputar-putar yang akhirnya tetap berhenti di satu titik
Kritis, terbuka, berkembang dan berani mencoba adalah political type yang cocok untuk kaum muda saat ini.

Banyaknya wacana dan retorika diplomatis yang diumpankan di masyarakat bahwa sudah saatnya pemuda mengambil alih kursi pimpinan sampai saat ini masih hanya sekedar wacana, belum ada ruang nyata dan kebijakan yang benar-benar menempatkan para milenialis dan gen Z sebagai bagian dari solusi.

Gen Z yang juga disebut zoomer merupakan generasi yang lahir dan dibesarkan antara 1997 hingga 2012.

Pemikiran bahwa yang muda belum memliki jam terbang dibandingkan kaum tua atau senior masih menjadi pemikiran yang dominan di kalangan
para elit dan pembuat kebijakan.

Pemikiran pemikiran kaum muda hanya sebatas sebagai asupan aspirasi bagi pembuat kebijakan
tetapi tidak pernah diaplikasikan menjadi kebijakan atau policy yang nyata di ruang karya.

Bagaimana kebijakan policy dan aturan akan bisa menjadi solusi saat ini apabila pembuatnya tidak
mengerti jalan pikiran, pandangan bahkan kehidupan sebagian besar kaum milenial dan gen Z yang menguasai dunia saat ini.

Baru baru ini salah satu lembaga survey di Indonesia : Indikator politik Indonesia menyebut
bahwa trend kepercayaan masyarakat pada pelaksanaan Demokrasi (democracy satisfaction) di Indonesia terus menurun. Mereka yang tidak puas
dengan how democracy working di Indonesia semakin meningkat dari 32 % menjadi 44% dan angka tersebut mengalami peningkatan yang signifikan dalam 2 tahun terakhir.

Baca Juga  Rapat Paripurna DPRD Pembicaraan Tingkat II atas 7 Raperda

Baru baru ini saya juga sangat mengapresiasi pernyataan dari politikus muda PKS, Dokter Gamal Albinsaid, mengenai dibukanya calon legislatif untuk kaum muda dengan porsi 50% lebih banyak
dibandingkan dengan perekrutan politikus senior yang telah ada.

Saya pribadi berharap langkah ini juga akan diikuti oleh partai
partai politik lainnya, memberikan kesempatan dan posisi posisi strategis bagi kaum milenial di
kancah elit kebijakan.

Sebenarnya apabila dicermati, bukan hal baru menempatkan kaum muda di posisi strategis
politik karena sejak beberapa tahun yang lalu presiden
Joko widodo mengangkat 5 staff ahli dari kaum milenial dan gen Z dan saya sangat mengapresiasi hal ini.

TETAPI! sekali lagi sangat
disayangkan hal ini tidak banyak dilakukan oleh kepala kepala daerah di Indonesia, Para kaum
pembisik saat ini masih didominasi oleh kaum senior yang “Umur adalah segalanya”.

Secara pribadi saya tidak menyangkal bahwa umur
juga merupakan faktor penentu, TETAPI jam terbang kapan start dimulai dan dimana kita terbang juga merupakan faktor penentu dominan pandangan pandangan serta cara pikir.

Analoginya adalah kaum milenial dan gen Z saat ini hidup di era yang semuanya serba terbuka, informasi apapun bisa didapatkan dalam hitungan detik, arus teknologi yang sangat tidak terbatas yang membuat mereka bisa memperoleh semua pelajaran hidup dan pengetahuan hanya
dalam sekejap, dibandingkan dengan kaum senior yang mungkin dulu mereka memperoleh materi
kehidupan yang sama dalam waktu yang cukup lama.

Apa yang bisa ditarik dari pengertian di atas adalah
medan perang saat ini telah berubah, senjata-senjata yang “old fashion” tidak lagi mempan dan bisa digunakan untuk memenangkan pertempuran saat ini, apapun pertempurannya. Dan senjata yang canggih dan capable saat ini ada di tangan kaum milenial dan gen Z.

Baca Juga  Rama Dwi Purwanto, Anggota DPRD Magetan Yang Loncat Partai Resmi Diberhentikan

Sepinya kaum milenial dan gen Z yg duduk di kursi-kursi strategis elit politik baik di tingkat
nasional maupun daerah juga menjadi salah satu penyebab jijiknya kaum muda berbicara tentang politik.

Sepinya edukasi politik yang
benar, terbuka, menantang dan sesuai dengan perkembangan zaman menjadi faktor utama kecilnya keterlibatan kaum milenial di dunia politik.

Sampai saat ini kaum muda hanya sebagai pelengkap kalimat dan laporan dalam setiap acara. Pemikiran pemikiran kaum muda seringkali dikebiri oleh kaum kaum yang menyebut diri merek senior, banyak makan asam garam kehidupan dan frase frase sejenis yang menunjukkan bahwa umur adalah masalah penting bila berbicara mengenai politik dan kebijakan.

Sudah saatnya sekarang bagi kaum muda, milenial dan gen Z untuk mendapatkan tempat di kursi depan, di kursi kursi strategis pembuat kebijakan dan di baris-baris depan pembuat keputusan. Bukan hanya suara yang ditampung tetapi suara yang didengarkan dan digunakan.

“Kalau kaum muda yang pintar, cerdas, mampu, tulus, idealis dan jujur tidak mau terjun ke dunia
politik maka jangan salahkan apabila politik hanya berisi kaum kaum tua, incapable, penuh
kepentingan dan tidak jujur.”

Widia Astuti, Ketua BARA BAJA, kabupaten Magetan.

Minggu 31 Oktober 2021.

Pos terkait