Hari Tani Nasional : Kaum Petani Millennial Magetan, Rubah Cara Berpikir Untuk Bertani Yang Sukses

Saat memperagakan pembuatan pupuk organik cair

Beritatrends, Magetan – Istilah generasi millennial memang sedang akrab terdengar. Millennial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo boomers. Saat ini, generasi milenial masih terus dijadikan sebagai target utama dan penting untuk mendongkrak kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) terutama di bidang pertanian.

Wilayah Indonesia yang merupakan berkah dari Sang Pencipta memiliki tanah subur. Berbagai tanaman dapat tumbuh subur dan teleh memberi manfaat untuk kehidupan seluruh masyarakat di Tanah Air.

Dengan tanahnya yang subur dan tanaman yang mudah tumbuh, masyarakat pun menuai hasil bumi dari beras, gula, rempah-rempah, kopi hingga madu. Semua itu tentu tak lepas dari peran petani yang mengolah hasil bumi dengan baik. Tidaklah berlebihan jika petani disebut sebagai sosok penjaga ketahanan pangan di Indonesia.

Sumbangsih para petani telah membuat kita bisa mengonsumsi pangan yang sehat dan berkualitas. Petani memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan pangan di Nusantara.

Untuk mengapresiasi petani, maka pada 24 September 1960 ditetapkanlah Hari Tani Nasional. Peringatan Hari Tani Nasional ini adalah bentuk peringatan untuk mengenang sejarah dari kaum petani serta membebaskannya dari penderitaan. Pada 24 September ditetapkan sebagai Hari Tani Nasional sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Kepres RI) No.169 tahun 1963.

Muhammad Dwi Candra saat menjelaskan cara buat pupuk organik

Salah Satu Petani Millennial Magetan Muhammad Dwi Candra mengatakan, menjadi petani tidak lah sulit, menjadi petani tidaklah kuno, petani milenial penyanggah tatanan Negeri di Indonesia. Karena tanpa petani tidak bisa apa-apa.

Alhamdulillah antusias masyarakat yang ada di Sumur Songo dan beberapa masyarakat yang ada di kawedanan sangat menerima bertani ala Organik, karena bertani sehat ramah lingkungan berkelanjutan ini menjadi salah satu solusi bagus atau contoh solusi yang solutif beberapa inovasi.

Baca Juga  Masyarakat Susah Tidak Dapat BLT :  Bupati Minta Evaluasi Penerima BLT

Bertani hari ini menjadi permasalahan besar, karena biaya petani yang sangatlah tinggi kalau menggunakan konsep PSRB. Pertanian sehat ramah lingkungan ini cuma menggunakan atau mengeluarkan pos biaya yang minim.

“Oleh sebab itu pihaknya menunggu salah satu suporter dari pemerintah terkait petani-petani pra milineal untuk menjadi generasi-generasi selanjutnya. Yang ke pertama yang kurang dari gerakan-gerakan ini ialah berbicara sertifikasi, sertifikat lahan organik. Yang ke dua peralatan di wilayah pengemasan atau pakacing, yang ketiga diwilayah alat-alat seperti halnya di beras yang luncah atau menir-menir itu dan termasuk alat pengering gabah,”paparnya.

Foto bersama para petani organik

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak mengatakan, generasi millennial gemilang merupakan gerakan milineal cemerlang ini diwarnai dengan ke khasan masing-masing daerah salah satu yang ngawalin ini di Jawa Timur adalah temen-temen dari Magetan.

Ketepan dengan hari Tani Nasional, Pihanya bersama Pak Bupati Magetan datang ke Desa Sumur Songo, Kecamatan Karas untuk melihat langsung karya dari teman-teman bahwa ini nyata bukan wacana.

“Bertani Ala Organik ada 2 yaitu full organik ada yang semi organik mengurangi beban pupuk dan pestisida kimia kepada tanah yang mereka kelola. Yang ini Tani-tani Nasional sangat menginspirasi apa yang dilakukan oleh teman-teman Gempor yang sejalan dengan gemilang,”jelas Emil Dardak.

Gerakan Milineal Cemerlang ada Gempor Gerakan Magetan Organik. Pihanya ucapkan selamat juga kepada Pak Bupati yang punya rekan-rekan muda, Kepala Desa yang sangat aktif, bahkan tanah Kas Desa digunakan untuk mendukung gerakan Petani millennial yang terdiri dari anak-anak muda untuk menunjukkan bagaimana pertanian organik.

Tadi kita sudah tes langsung bagaimana cara pembuatan pupuk organik cair. Dan ternyata memang sebelumnya difermentasi dengan perbandingan yang clear. Didalam produktivitas dari mikro organisme yang ada disitu.

Baca Juga  Persepon Dapat Angin Segar, Bupati Ponorogo Sugiri Ngampil Lapangan Milik IAIN

Tanah ini sebelumnya dihantami terus denan kimia-kimia. Cara itu kurang baik yang rugi petaninya sendiri. Jadi gerakan ini bukan orang mencari produk organic, tapi mengembalikan unsur hara dari tanah. Ini bukan lagi muluk-muluk tapi juga menjadi mendesak.

“Nah langkah berikutnya yang harus dilakukan di hari Tani Nasional mendukung reginasi petani melalui teknologi-teknologi baru, teknik-teknik baru dan juga untuk organik ini kedepannya harus ada sertifikasi yang bisa menjamin untu di pasar. Sementara produksi ini dibeli, diborong dulu untuk diperkenalkan kepada pasar-pasar yang ada diperkotaan,”promosinya.

Wagub Jatim  bersama Bupati Magetan Praktek buat pupuk Organik

Bupati Magetan Suprawoto mengatakan, terimakasih kepada anak-anak muda millennial di Kabupaten Magetan, ini salah satu jawaban dari besar kecilnya cakupan tanah yang dimiliki Indonesia tidak hanya Magetan tapi seluruh Indonesia.

Sehingga kalau ini berhasil dapat diresmikan bahwa ada sebuah harapan, bahwa yang disampaikan oleh Pak Wagub tadi bahwa tinggal di desa itu bukan terpaksa tetapi pilihan.

“Karena ada HOM ini salah satu jawaban. Sehingga petani akan lebih baik kedepannya. Karena orang makmur itu semakin lama semakin makmur semakin meningkat,”jelas Bupati Suprawoto.

Orang itu pasti lifestyle hidup kembali ke alam anti zat kimia seperti itu salah satunya, makan zat organikan kebiasaan hidup lifestyle an orang-orang semakin meningkat.

“Terkait dengan sertifikat dan bahan-bahan yang diperlukan tadi sudah diskusi dengan Pak Wagub, bahwa nanti ada beberapa permintaan dan harapan dari anak-anak jangan sampai over lite antara Provinsi dengan Kabupaten Magetan,”pungkas Suprawoto.

 

Pos terkait