Hutan Bambu di Jepang itu Ratusan Tahun Umurnya, Magetan Baru Agustus 2023 Membuatnya, Berhasilkah ?

Robby D Lubis saat diwawancarai TVRI

Beritatrends, Magetan – Hutan Bambu di Jepang merupan seni, alam, budaya, dan warisan dunia bersatu padu di Kyoto. Kyoto yang dikenal sebagai Ibu Kota Kuno Jepang adalah satu dari beberapa destinasi perjalanan terpopuler.

Kyoto adalah kediaman utama Kaisar. Dan area Kyoto yang cantik telah menjadi lokasi penuh daya tarik yang layak dikunjungi selama berabad-abad, khususnya bagi para bangsawan Jepang.

Lokasi Kyoto dalam sejarah Jepang hampir tak pernah terlewatkan, mulai sebagai kawasan bersejarah hingga tempat wisata alam nan tenteram, dan hutan bambu yang begitu tersohor di dunia yang berada di sisi luar perbatasan kota.

Menurut salah satu mantan alumni SMAN 1 Magetan lulusan Tahun 1985 dari IPA 2 Robby D Lubis juga mantan Jurnalis Majalah Tempo mengatakan, Hutan Bambu, Rumpun Bambu Arashiyama atau Hutan Bambu Sagano adalah sebuah hutan bambu alami di Arashiyama Kyoto, Jepang, Hutan ini Sebagian besar terdiri dari bambu Maso (Phyllostachys Eddulis)

Lanjut Robby bambu bagus kanggo (buat) meningkatkan serapan air dan menahan erosi, juga punya nilai ekonomi untuk dijual sebagai bahan baku selulosa (misalkan buat bikin kertas), bisa untuk konstruksi walaupun gak sebaik kayu, juga bisa untuk kerajinan dan tanamannya tumbuh cepat.

Pertanyaannya sing arep (siapa yang mau) mengembangkan di Sukomoro itu pemerintah atau swasta ?

Ecowisata harus punya nilai ekonomi yang baik. Artinya, kudu (harus) menghasilkan uang. Nek ora ngono biasane dadi ora kopen (kalau tidak demikian biasanya jadi tidak terawat),”papar Robby.

Kalau memang ekonomis, pasti ada perusahaan yang tertarik berinvestasi di usaha itu. Program semacam ini sebaiknya dijalankan oleh perusahaan saja, pemerintah cukup mendukung dengan insentif administrasi, perpajakan dan promosi.

Baca Juga  Hari Pers Nasional, Kapolda Sumut : Jadilah Pers yang Mencerdaskan Masyarakat

“Perusahaannya bisa swasta, BUMD atau campuran. Ecotourism bermakna bisnis, bukan public service,”jelasnya

Sarah Warga Kabupaten Magetan yang mendatangi Hutan Bambu di Jepang sebelum Pandemik sekitar tahun 2016

Luasnya hutan bambu Jepang itu 1500 hektar, kalau sebagai hutan tergolong tidak seberapa luas, Alas cilik (hutan kecil)
Rencana Eco Bambu Magetan di Sukomoro 18,5 H Kalau buat tempat wisata ya luas banget, Luas itu relatif.

Kalau di Jepang itu wis lawas (sudah lama), gak eruh kapan digaene, jenenge ae alas, wis atusan tahun. (gak tahu kapan dibuatnya, namanya juga hutan, sudah ratusan tahun) Kui warisan, dadi ora perlu membangun, karek ngerawat. (itu warisan, jadi tidak perlu membangun, tinggal ngerawat).

Kalau Rencana Eco Bambu Sukomoro lak dadak mbangun (harus membangun) Koyo alas neng nduwur sekitar Sarangan kae, jok biyen wis ono, embuh jok kapan, mungkin ewonan taun, karek ngerawat nek gelem (Kayak hutan di atas sekitar Sarangan itu, dari dulu sudah ada, entah kapan, mungkin sudah ribuan tahun, tinggal ngerawat kalau mau)

Nek nyang Jepang, Cina, jaman biyen memang akeh hutan bambu, alame memang ngono. Tapi bambune seragam, koyo mung sak jenis. (Nek di Jepang, Cina dari jaman dulu memang banyak hutan bamboo, alamnya memang demikian, bambunya seragam, hanya satu jenis)

“Nek neng Jawa bambu biasane bukan berupa hutan (Kalau di Jawa bambunya biasanya bukan bambu berupa hutan), tapi grumbul (kumpulan tanaman). Sak grumbul satu jenis bambu. Grumbul liyo iso bedo jenis bambune. (Satu grumbul satu jenis bamboo, Grumbul lainya bisa beda jenis bambunya. Hewan Cina yang terkenal, Panda, hidup di hutan bambu,”ucap Robby.

Baca Juga  Pemkab Magetan Raih WTP Kembali Kesembilan Berturut-Turut

Hutan Bambu di Jepang itu tidak semuanya menjadi tempat wisata ada tempat-tempat tertentu yang dijadikan untuk wisata.

“Hutan di luar Negeri itu bagus-bagus ada jalannya yang bisa dilewati mobil dengan tujuan apa bila ada kebakaran pemadam kebakaran bisa langsung menuju ke titik api kebakaran, karena orang Luar Negeri itu sangat peduli dengan hutan, makanya hutan disana terawat dengan baik, bahkan seperti ada kaplingnya dan tandanya untuk mengetahui kemajuan perkembangan hutan tersebut,”beber Robby.

Lanjut Rabbby, Rencana Eco Bambu Sukomoro itu Siapa yang mengerjakan, pemerintah atau swasta, kalau swasta tidak perlu ngenggunakan APBD biar swasta yang memikirnya karena yang naman Eco itu sifatnya harus menguntungkan. Dan satu hal perlu di ingat orang Magetan itu tak mungkin mau lihat hutan bambu karena di belakang rumahnya pohon bambu, tapi kalau orang Surabaya, Bandung, Jakarta atau Medan mungkin akan datang melihat bambu tersebut.

“Pembuatan Eco bambu itu harus ada kajiannya yang cermat, baik dari dinas terkait atau gabungan dinas yang ada, dan pihak DPRD yang lewat dari Kecamatan Sukomoro harus tahu persis tentang rencana pembuatan Eco Bambu itu agar wakil rakyat yang lewat Kecamatan Sokomoro bisa mensosialisasikan ke masyarakat Sukomoro bahwa di Sukomoro akan dibangun hutan bambu yang nantinya manfaatnya ini dan itu, kalau dewannya tidak tahu tentang pembangunan Hutan bambu ya pantas masyarakat bertanya-tanya,”pungkas Robby.

Pos terkait