Ketahanan dan Swasembada Pangan Serta Food Estate Telah Menjadi Mimpi Indah dan Harapan Rakyat

Talas bisa sebagai alternatif pengganti beras

Beritatrends – Biro Pusat Statistik (BPS). mengungkap produksi padi tahun 2022 sebesar 54,75 juta ton dalam bentuk gavah kering giling (GKG). Jumlah itu jika dikonversi menjadi beras mencapai 31,54 juta ton. Dengan populasi 276,4 juta orang Indonesia, jumlah konsumsi beras dalam negeri diperlukan 35,5 juta ton. Maka itu, Indonesia masih perlu mengimpor beras 650.000 ton pada tahun 2022.

Pemerintah sendiri akan meluncurkan program bantuan pangan beruoa 10 kg beras untuk 21, 353 juta keluarga yang disebut dengan istilah keluarga penerima manfaat (KPM). Sedangkan volume impor beras rahun 2023 jadi melonjak 365 persen dibanding tahun 2022. Hingga menjadi rekor tertinggi pada dalam lima tahun terakhir.

Lonjakan impor beras pada tahun 2018 juga terjadi setahun menjelang Pemilu. Mesi Presiden Joko Widodo sudah menyatakan rencana impor beras tahun ini tidak terkait dengan Pemilu, melainkan untuk mengantisipasi fenomena cuaca El Nino yang bisa mengganggu produksi beras.

Pada Juli 2023, BPS menunjukkan realisasi produksi beras Indonesia sepanjang Januari- Juli 2023 diperkirakan 18,4 juta ton. Sedangkan proyeksi produksi pada Juli-Septembet 2023 sekitar 7,24 juta ton. Karena itu Indonesia akan memproduksi 25,64 juta ton hingga September 2023.

Indonesia merupakan produsen beras terbesar ketiga di dunia. Tapi swasembada beras mundur maju seperti tidak mampu dipertahankan agar dapat terus merangkak — naik — meski dengan ritme yang landai. Cilakanya, ritme itu justru menurun — mundur — drastis menjadi 34,6 juta ton. Dalam difinisi FOA ( Food Agriculture Organization) swasembada itu karena produksi lokal mampu memenuhi 90 persen kebutuhan nasional negeri yang bersangkutan.

Agak unik, pada tahun 2022 Indonesia mau menerima penghargaan dari Institut Penelutian Padi Internasional (IRRI) karena telah memiliki sistem ketahanan pangan yang baik dan berhasil swasembada beras pada periode 2019-2021. Penghargaan terhadap Sistem Pertanian Pangan Tangguh dan Swasembada Beras Tahun 2019-2021 melalui Penggunaan Teknologi Inovasi Padi ini, diterima Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta pada 14 Agustus 2022 langsung dari Dirjen IRRI, Jean Balie.

Baca Juga  Dandim Ponorogo: Jadilah Prajurit Yang Santun dan Tidak Arogan

Presiden Joko Widodo pun berkisah sejak tahun 2015 Indonesia telah giat membangun infrastrujtur di bidang pertanian, seperti bendungan, embung dan jaringan irigasi.

Menurut Joko Widodo, ketija itu sudah diresmikan 29 bendungan besar dan tahun ini (2022) akan total selesai selyruhnya 38 bendungan. Hingga tahun 2024 akan selesai selyruh bendungan itu sebanyak 61 bendungan berikut 4.500 embung, serta 1,1 juta jaringan irigasi tandas Joko Widodo hanya dalam tempo selama 7 tahun.

Terkait ketahanan pangan sebagai pekerjaan utama pemerintah, tentu cukup relevan dengan program Food Estate untuk mengatasi krisis pangan yang mengancam akibat iklim yang tidak menentu serta suasana politik yang terus menegang di luar begeri maupun di dalam negeri. Dan Menteri Pertahanan, Letnan Jendral TNI (Purn) Prabowo Subianto yang mendapat kepercayaan untuk menggelindingkan Program Food Estate sudah berjanji dalam tempo 3 tahun, katanya Indonesia dia pastikan dapat Swasembada Pangan (Baca CNBC Indonesia, 10 November 2023). Bahkan setelah itu Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia, tandas Prabowo Subianto pada acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia yang diselenggarakan CNBC Indonesia dan INDEF di Jakarta, 8 November 2023.

Eliza Mardian, Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (CORE) meyakinkan hampir semua komoditas pangan strategis Indonesia, seperti beras, jagung, ubi, gula, daging hingga susu sangat berpotensi swasembada, asalkan strateginya tepat dan memenuhi aspeknya.

Begitulah harapan besar terhadap Food Estate yang sudah digelindingkan programnya sejak tahun 2021 silam hingga kini sudah sepantasnya bisa dituai hasilnya.

Food Estate merupakan konsep pengembangan pangan yang akan dilakukan secara terintegrasi, meliputi pertanian, perjebunan serta peternakan dalam satu kawasan. Apalagi pemerintah akan fokus untuk memberdayakan lahan yang belum digarap untuk dijadikan lahan produksi tanaman pangan. Rencana awal pada tahun 2019 sudah harus ada 1,2 juta hektar lahan yang dibangun. Di Kalimantan Barat saja minimal 120.000 hektar. Di Kalimantan Tengah 180.000 hektar. Di Kalimantan Timur 10.000 hektar. Dan di Maluku 190.000 hektar. Dari total jumlah lahan satu juta hektar ini saja, jika sempat panen raya setelah satu tahun berjalan (2021), maka Swasembada pangan — karena harga dan konsumsi beras mampu ditekan — sungguh kejayaan bangsa Indonesia dapat segera berkibar menjadi salah satu kebanggaan dari keunggulan manusia yang ada di muka bumi.

Baca Juga  Khofifah dan Sugiri Panen Jagung ‘Reog 234’ Hasil Inovasi Masyarakat Ponorogo, Berkualitas Unggul dan Tahan Cuaca Ekstrem

Atas dasar itulah orang sangat menaruh pengharapan pada kelangsungan dan perkembangan dari kelanjutan Food Estate yang sudah menjadi program unggulan pemerintah yang langsung dokomando oleh Prediden Joko Widodo dengan operator utama yang diperankan oleh Kemenhan, Prabowo Subianto. Sebab ketahanan pangan yang kuat — tak hanya beras — terlanjur menjadi mimpin indah rakyat saat tidur dalam kondisi perutnya yang lapar.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *