Langkah Penyelamatan Subsektor Peternak dan Perikanan di Era New Normal ini

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetran Nur Haryani 

Beritatrends, Magetan – Di masa Pandemi Covid 19, hampir seluruh sektor terkena getahnya. Tak terkecuali subsektor peternakan dan Perikanan yang biasa memasok ke pasar dan horeka. Lantas bagaimanakah pemerintah memandang langkah penyelamatan subsektor peternak dan perikanan di era new normal ini?

Masa transisi menuju era new normal dengan bentuk adaptasi kebiasaan baru dengan memperhatikan protokol kesehatan memang tengah dilakukan Indonesia.

Namun subsektor peternakan dan perikanan yang seharusnya menjadi penopang pangan sebagai sumber protein hewani, justru masih berkutat dengan beragam permasalahan klasik bahkan nyaris tidak berujung.

Seperti dominasi usaha, tingginya harga pakan, ketersediaan dan harga DOC, harga telur dan ayam yang selalu terpuruk karena over produksi dan lainnya.

Saat Pandemi COVID 19 muncul langsung berhadapan dengan 4 masalah utama yaitu kelebihan  produksi disaat permintaan turun drastis. Kemudian pemerintah belum (atau lambat) dalam pembelian ayam dari petani untuk kebutuhan bantuan sosial, lalu ada kenaikan harga karena terhambatnya distribusi. Hingga belum adanya kebijakan yang meringankan peternak ayam mandiri yang hingga sekarang terus mengalami kerugian.

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Magetan Nur Haryani menjelaskan, sesuai tupoksinya bahwa Disnakan berupaya mengoptimalkan produksi dan produktivitas ternak dan ikan, disamping itu melaksanakan pendampingan untuk menjadikan produk peternakan dan perikanan lebih berdaya saing.

Magetan menjadi salah satu penopang ternak di Jawa Timur, kita harus berusaha mempertahankan dan meningkatkan, baik dari segi produksi dan manajemen kesehatan ternaknya.

Dimasa pandemi ini semua sektor berdampak apalagi disektor peternakan dan perikanan, jadi yang kita lakukan adalah memotivasi kembali semangat temen-temen baik peternak dan pelaku usaha lainnya supaya mereka bangkit kembali, semangat dan termotivasi, salah satunya adalah dengan pelaksanaan bazar perternakan dan perikanan, yang sudah secara rutin dilakukan baik di Dinas ataupun berkunjung di titik potensi, selain itu kita juga kolaborasi dengan beberapa komunitas peternakan dan perikanan, supaya menggerakkan kembali roda-roda perekonomian mengingat potensi peternakan dan perikanan sesungguhnya luar biasa dan harus dipacu semangat dari teman-teman, pelaku usaha,” papar Nur Haryani.

Program Disnakkan ada Si Komanan, dimana dalam program tersebut ada IB gratis, pelayanan pemeriksaan kebuntingan dan gangguan Reproduksi secara gratis untuk peternak di kabupaten Magetan.

“Yang kedua ada URC yakni untuk melayani gangguan-gangguan kesehatan pada ternak-ternak di masyarakat, melayani dengan tarif sangat rendah dan terjangkau, untuk menjadi ternak-ternak tetap sehat dan aman, ternak bebas dari penyakit yang beresiko,” jelas Nur Haryani.

Disnakkan juga punya Puskeswan, lab dan klinik hewan yang punya kegiatan rutin pelayanan kesehatan hewan terpadu, gratis, di pasar hewan ataupun ternak milik kelompok. Dan utk pet animal, rutin kita laksanakan vaksinsi rabies gratis. Kegiatan dilaksanakan di lab klinik dan beberapa titik lokasi kecamatan yang dimana banyak penghobby untuk kucing dan anjing, karena Vaksin kita terbatas kita hanya menyediakan 400 vaksin/ 400 ekor meskipun sebenarnya pendaftaran dari penghobby lebih dari itu.

Karena pada intinya kegiatan vaksinasi rabies gratis ini adalah lebih ke sosialisasi dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan hewan peliharaannya sehingga aman untuk dipelihara, karena ada beberapa penyakit hewan yang zoonosis, artinya dapat menular ke manusia, salah satunya adalah rabies ini ,”ucap Nur.

Ditanya soal sapi perah pihaknya menjelaskan, kita mempunyai PR di Singolangu, yaitu pengembangan Singolangu sebagai eduwisata tematik sapi perah, KSL, Kampung Susu Lawu.

“Bagaimana dengan potensi yang ada dan dengan didukung oleh topograsi yang luar biasa, bisa mendapatkan nilai lebih dari susu sapi tersebut. Ini adalah tahun ke 3 Disnakan membangun KSL,  memang agak panjang waktunya karena kita juga mengalami pandemi. Anggaran kita juga terbatas tahun depan Insyaallah kita sudah selesaikan semuanya, baik fisik bangunan dan pengelolaannya. Pada intinya itu adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, karena secara tidak langsung mereka akan tertata,”ucap Nur Haryani.

Ditanya terkait tempat pelatihan yang berada di Sukomoro Nur Haryani menjelaskan, disana kita punya Balai Latihan Peternakan, BLP, ada populasi sapi perah, sapi potong, kambing, domba, dan kelinci.

“BLP sesuai tujuan dari awal adalah sebagai wadah pemberdayaan baik itu Peternak, masyarakat, anak-anak sekolah, juga bisa magang disana. Bisa belajar budidaya, pengelolaan, pengolahan dll. Dulu, sebelum pandemi, kita ada kegiatan rutin melaksanakan untuk pelatihan-pelatihan, menggandeng siswa-siswa SMP dan SMA, bekerjasama dengan Dindik untuk pemilihan siswa2 kurang mampu, dilatih dan dibina, diasramakan, kita ajari tentang budidaya, pembuatan makanan ternak, contohnya seperti budidaya kelinci, pembuatan pakan seperti apa, membuat kandang sendiri. Dan semua karya praktek mereka ini bisa dibawa pulangm,”terangnya.

Selanjutnya di Balai Benih Ikan (BBI) Bibis pihaknya menjelaskan, untuk bidang perikanan kita punya KAD, Kolam Air Deras, dan BBI, Balai Benih Ikan. KAD adalah tempat induk-induk ikan ada disana, seperti indukan koi, tombro, nila juga ikan dewa. Dan ikan dewa ini, nantinya akan kita tebar sebagai iconnya di Telaga Sarangan dan sumber2 air potensi lainnya di Kabupaten Magetan.

Sedangkan BBI selain sebagai sarana pembinaan dan pelatihan, adalah tempat budidaya dan pendederan ikan.

“Disana menyediakan benih Tombro, Nila, dan Tawes, itu untuk menyediakan kebutuhan pembudidaya ikan. BBI itu sudah memiliki sertifikat CBIB, Cara Budidaya Ikan yang Baik, , di Jawa Timur mungkin hanya beberapa daerah saja yang mendapatkan sertifikat ini,”ucap Nur Haryani

Kemudian Disnakan ditanya terkait Rumah Potong Hewan (RPH) pihaknya menjelaskan, Disnakan mempunyai 2 RPH, ada di Plaosan dan di Magetan, kalau di Plaosan mungkin dari segi tempat, lokasi dan fasilitasnya, kedepan ada pencermatan lagi. Sedangkan RPH Magetan sudah berstandar SNI, memiliki sertifikasi halal MUI dan NKV.

Memang selama ini PR kita masih dalam rangka bagaimana menggiring pejagal-pejagal yang masih memotong di tempat potong hewan (TPH) masing-masing, ada 16 TPH dan hanya sedikit sekali yang mau memotong di RPH.

“Sebenarnya setiap tahun kita ada team dimana team itu ada Satpol PP, ada pihak dari Polres, ada dari PPNS yang berusaha mendekati mereka, silosialisasi, pembinaan, bagaimana mendorong kesadaran mereka untuk memotong di RPH Carat, di UU 41 tahun 2014, UU Peternakan dan kesehatan hewan, bahwa pemotongan hewan hanya boleh di RPH. Tidak boleh  di TPH. Upaya kita adalah dengan menggilir para pejagal untuk memotong di RPH disamping terus melaksanakan sosialisasi dan pembinaan. Kita menggilir pejagal-pejagal ini untuk memotong di RPH, karena harapannya semua daging yang beredar di Magetan sudah ASUH, aman sehat utuh dan halal,”terangnya.

Harapan kami dari ASN, kinerja harus maksimal, situasi dan kondisi sudah berubah, kinerja harus kita tingkatkan, bagaimana memaksimalkan potensi yang kita miliki untuk bekerja, meningkatkan kinerja, sehingga program-program Peternakan dan Perikanan bisa memberi manfaat dan dampak langsung kepada masyarakat, bagaimana komitmen bekerja disiplin dan kebersamaan, menjadi team work yang handal.

Untuk masyarakat Peternak, apapun kondisinya harus tetap semangat dan terus bergerak, dan perkembangan sekarang, peternak ataupun pelkau usaha dituntut untuk dapat menghasilkan produk-produk peternakan dan perikanan yang berdaya saing. Adanya pasar bebas, persaingan usaha dan konsumen yg semakin pintar dan cermat.

“Pola pikir kita juga harus dirubah, bagaimana menciptakan produk-produk kita itu lebih berdaya saing,” pungkas Nur Haryani.

Pos terkait