Pacu Sampan Menjadi Hiburan Warga Tanah Putih Jelang Perayaan HUT RI ke 79

Pacu Sampan 

Beritatrends, Rohil  – Mengendalikan sampan tradisional bukanlah perkara mudah bagi mereka yang belum berpengalaman. Di atas permukaan air yang tenang, tantangan nyata terletak pada keseimbangan dan teknik mendayung yang tepat. Setiap gerakan dayung harus diatur dengan hati-hati, sebab sedikit saja kesalahan bisa membuat sampan oleng dan kehilangan arah. Bagi orang awam, mendayung sampan kerap kali berakhir dengan perjuangan melawan arus, bukannya melaju dengan mulus.

“Ternyata mendayung sampan tidaklah mudah. Kami sudah mencoba dengan pak Kapolsek, Penghulu dan pak Danramil. Ternyata sangat sulit dan kami kalah dalam perlombaan ini,” tawa Camat Tanah Putih Tanjung Melawan, Zuhri, usai mengikuti lomba sampan dalam rangka memeriahkan HUT RI di Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Kamis (08/08/2024) sore di lokasi pelaksanaan lomba di Dermaga Kepenghuluan Melayu Besar. Dalam kegiatan ini pun dihadiri Danramil 02 Tanah Putih diwakili Serma Seman, Kapolsek TPTM, Ipda Bonni Ferdy Sagala dan Datuk Kepenghuluan se-Kecamatan TPTM dan masyarakat.

Dikatakan Zuhri, Pemerintah kecamatan menyelenggarakan lomba pacu sampan, sebuah tradisi yang menjadi bagian dari warisan budaya khusus di Tanah Putih Tanjung Melawan, yang berada di pinggir Sungai Rokan. Pacu sampan, yang dahulu merupakan transportasi tradisional di kawasan ini, kini semakin langka ditemukan. Oleh karena itu, lomba ini diadakan sebagai upaya untuk melestarikan tradisi tersebut, sekaligus memperkenalkannya kepada generasi muda. Dengan demikian, anak-anak muda dapat lebih mengenal bentuk dan cara memainkan sampan, serta memahami pentingnya menjaga warisan budaya yang kian tergerus oleh perkembangan zaman.

Camat mengungkapkan, meskipun mendayung sampan tradisional bukanlah perkara mudah, semangat kebersamaan yang terjalin antara peserta dan masyarakat membuat perlombaan ini terasa lebih meriah. Setiap peserta, baik yang sudah berpengalaman maupun yang baru mencoba, menunjukkan antusiasme yang luar biasa. Dengan keringat yang membasahi wajah dan tangan yang menggenggam dayung dengan erat, mereka berjuang untuk mencapai garis finis. Perlombaan ini bukan hanya soal siapa yang tercepat, tetapi juga tentang mempertahankan warisan budaya dan mempererat tali silaturahmi antarwarga.

Baca Juga  Asik Menjaring Udang Tiba-Tiba Diterkam Buaya di Rohil

“Kami bersyukur, alhamdulillah, semua peserta akhirnya dapat mencapai garis finis, meskipun tantangan yang dihadapi tidaklah ringan. Ini adalah bukti nyata kebersamaan kami dengan masyarakat Tanah Putih Tanjung Melawan. Kebersamaan inilah yang membuat acara seperti ini terasa lebih bermakna, karena bukan hanya sekadar perlombaan, tetapi juga perayaan budaya dan identitas lokal. Melihat antusiasme dan kebersamaan yang tercipta, kami berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi agenda tahunan yang dinantikan oleh seluruh lapisan masyarakat,” ungkapnya.

Untuk mewujudkan harapan tersebut, sambungnya lagi, pihak kecamatan akan berusaha untuk melobi pihak Kabupaten agar lomba pacu sampan ini dimasukkan ke dalam agenda resmi Dinas Pariwisata. Dengan dukungan dari pemerintah daerah, acara ini dapat dikembangkan lebih besar lagi, bahkan menjadi salah satu daya tarik wisata unggulan di Rokan Hilir.

“Kami percaya, dengan kolaborasi yang baik antara masyarakat dan pemerintah, tradisi pacu sampan ini dapat dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang,” cetusnya.

Selain sebagai ajang perlombaan, pacu sampan juga memiliki nilai edukatif yang penting. Generasi muda tidak hanya diajak untuk berpartisipasi, tetapi juga untuk belajar dan memahami bagaimana sampan digunakan sebagai alat transportasi tradisional di masa lalu. Dengan mengenal dan menguasai teknik mendayung, mereka diharapkan dapat merasakan langsung bagaimana nenek moyang mereka beradaptasi dengan alam, menggunakan kearifan lokal untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Lomba pacu sampan ini tidak hanya menjadi ajang perlombaan yang penuh dengan semangat kompetisi, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan pelestarian budaya,” tutupnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *