Tekan Produksi Sampah, Wali Kota Madiun Buat Aturan Sajian Makanan Hajatan Tak Boleh Prasmanan

Wali Kota Madiun, Dr. Maidi 

BeritaTrends, Kota Madiun – Pemerintah Kota Madiun akan menerbitkan aturan agar hajatan tidak lagi menyajikan makanan bagi tamu dengan model prasmanan. Selain boros makanan, model penyajian makanan secara prasmanan akan menghasilkan banyak sampah.

Wali Kota Madiun, Maidi mengatakan aturan pelarangan sajian makanan secara prasmanan saat hajatan untuk menekan jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari di Kota Madiun.  Tak hanya itu, kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) yang berada di Kelurahan Winongo pun sudah menggunung dengan ketinggian 20 meter.

“Kita tidak boleh gengsi. Hari ini banyak yang gengsi. Mau pernikahan besar-besaran. Akhirnya yang sisa (makanannya) banyak. Kondisi budaya seperti ini harus dirubah. Insyallah saya buat perwal di Madiun. Nanti akan ada kajian kita seminarkan. Hajatan boleh di gedung, tetapi makananya jangan prasmanan. Cukup pakai kardus saja,” kata Maidi, Selasa (17/6/2025).

Menurut Maidi, penyajian makanan dengan model tidak prasmanan akan menghemat pangan. Dengan demikian, makanan yang disajikan akan habis sesuai dan tidak dibuang lagi.

Bagi Maidi, kebijakan itu juga mengajak agar warga tidak boros mengkonsumsi makanan.  Harapannya kebijakan itu dapat memperkuat ketahanan pangan di Kota Madiun.

“Kita harus hemat pangan. Jangan boros. Kalau kita boros alam tidak akan menjamin kedepan. Kita sangat sedih karena TPA kita luar biasa (menggunung). Hasil dari dapur yang sebenarnya dapat dimanfaatkan tetapi dibuang disana. Kalau kita ini tidak boros, maka ketahanan pangan kita kedepan semakin kuat,” ungkap Maidi.

Maidi menambahkan makan banyak akan berdampak kesehatan seperti penyakit hipertensi. Terlebih data di Kota Madiun banyak warga yang terkena penyakit hipertensi tinggi. Kondisi itu terjadi lantaran warga banyak makan tetapi tidak diimbangi dengan olahraga.

Baca Juga  Kepenghuluan Tanjung Medan Dapat Bantuan 400 Juta Dari Kementerian Desa PDTT

Maidi menjelaskan, dengan model penyajian tidak prasmanan maka tamu bisa membawa pulang makanan. Selanjutnya makanan yang dibungkus dalam kardus dapat dinikmati bersama keluarga di rumah.

“Kalau dibawa ke rumah tidak menyisakan makanan. Dan TPA kita tidak berkelebihan. Kalau prasmanan banyak sisa. Semisal orang satu disiapkan porsi tiga hingga empat. Kalau tidak disiapkan banyak bisa kurang sehingga bisa menjadi omongan banyak orang,” demikian Maidi.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *