Sarasehan perjuangan sejarah Gubernur Ario Soerjo di ruang pertemuan Pendopo Magetan, Sabtu (12/11/2022).
Beritatrends, Magetan – Sarasehan perjuangan sejarah Gubernur Ario Soerjo digelar dalam rangka Haul Gubernur Soerjo 2022 di ruang pertemuan Pendopo Magetan, Sabtu (12/11/2022).
Ario Soerjo yang bernama lengkap Raden Mas Tumenggung ini adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia asal Magetan, Jawa Timur, dan merupakan gubernur pertama di Jawa Timur periode 1945 sampai 1948.
Sebelumnya, ia juga sempat menjabat sebagai Bupati Magetan, sejak 1938 sampai 1943.
Dalam sarasehan tersebut turut mengahdirkan Dr. Ari Sapto Ahli Sejarah Militer, Joko Susanto akademisi dari Unair dan Muries Subiantoro keluarga Gubernur Soerjo.
Dikatakan Dr. Ari Sapto, salah satu perjuangan gubernur soerjo adalah merumuskan konsep kepemimpinan berbasis budaya lokal. Yang dilakukan beliau ditengah kekacauan, dengan mengumpulkan pemimpin lain pada waktu itu.
“Sebuah gagasan kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi waktu, sebagai warna nilai-nilai budaya,” ujarnya.
Ia menjelaskan, beliau tidak menggunakan sebuah konsep-konsep yang telah ada atau telah dianut pada sebelumnya.
“Gubernur suryo tidak mengambil konsep kepemimpinan yang sudah ada. Contohnya, Asta Brata, Ki Hajar Dewantara dan lainya,” jelas Dr. Ari Sapto.
“Karena konsep tersebut hanya cocok untuk keadaan aman,” imbuhnya.
Lanjutnya, Di Jawa Timur saat itu, kata Dr. Ari Sapto, terdapat 4 garis budaya besar yang ada, diantaranya Mataraman, Arek, Pendalungan, Madura, Sub Budaya kecil, Osing, Tenger, Samin dan lainya.
Ada dua budaya yang memberikan sumbangsih budaya kepemimpinan ini, yaitu mataraman dan Arek.
“Kecerdasan beliau untuk memanfaatkan kearifan lokal di dalam upaya untuk membuat sebuah acuan perilaku bagi masyarakat dan pemimpin Jawa Timur, menurut saya ini bisa menjadi acuan dalam memahami situasi dalam revolusi atau pergolakan yang terjadi dan tidak ada kepastian dan sebagainya,” kata Dr. Ari Cipto.
Dari gagasan itulah kemudian menjadikan pemimpin Jawa Timur meraih sebuah tujuan yang pada waktu itu mengarah kepada sebuah perjuangan untuk mempertahankan Surabaya, Jawa Timur.
“Sejarah yang panjang itu sangat berarti, sangat penting untuk di pakai sebagai acuan berpikir dan dalam bermasyarakat,” lanjutnya.
“Sebuah model kepemimpinan yang baru menurut saya, berdasarkan kecerdasan beliau menggunakan kearifan lokal yang bisa diterima oleh masyarakat dan pemimpin Jawa Timur pada umumnya dan itu terus berlanjut,” pungkas Dr. Ari Cipto.
Meski beliau meninggal 1948, model kepemimpinan ini terus dilanjutkan.